c | Sounds Of Nightmare 10 | Journey To Northen Light

Sounds Of Nightmare 10

The nightmare that i wish i never had.., haunts me in every dream. if thats only a dream, why would im afraid of.., but this is what hapened.. it seems so clear and real! run down the street i walk to. and in the end only dreams that you dream about will save you from it
Mikhael POV

Aku tidak pernah tahu kalau Aurora memikirkan banyak hal tentang kami, ku pikir hanya aku. tapi kami berdua memang telah menuliskan "kami" pada mimpi mimpi kami. jadi aku pun akan berusaha keras mewujudkannya. entah bagaimanapun caranya!
Ayah Aurora bukannya hal mudah, ia sudah jelas tidak menyukaiku sejak awal. Yang katanya aku pemabuk, punya tato.. oh.., entah bagaimana aku menjelaskan tentang ini. Dia toh tahu bagaimana cowok. Dan oleh sebab itu ketidak sukaan nya itu seperti batu yang ku coba pecahkan dengan tetesan hujan. Entah perlu waktu berapa lama.

Aku sih tadinya tidak terlalu memikirkan nya, selagi aku dan Aurora masih bisa bertemu, untuk menceritakan apa yang terjadi pada kami, Itu sudah cukup bagiku.
tapi belakangan.. nilai Aurora merosot. Kedengarannya seperti mimpi buruk. Biasanya hanya Aurora yang mendapat nilai paling sempurna. dan kini.. hanya aku ? kenapa? aku mulai memikirkan Aurora lebih jauh. Apalagi sebentar lagi akan ada ujian sekolah.
Aurora itu harus mempertahankan peringkatnya sebagai juara 1. Bagaimanapun itu sudah menjadi kebiaaaan membangakan. Dan aku tidak ingin mejadi pengaruh yang buruk.

Dihari yang lain dalam senja, aku berusaha mendalami perasaan Aurora.

"Menurutmu, ayahmu itu tidak menyukaiku atau hanya dia tidak ingin aku dekat denganmu?" Aurora menatapku sebentar, berpikir. Lalu ia mengalihkan pandangannya. Seperti berusaha mengataan padaku kalau pertanyaan semacam ini telah merusak pemandangan sunset luar biasa di danau.

"well, ia tidak pernah menceriatakan apapun tentang kamu sebelum ayah melihatmu mengantarku pulang.."

"jadi.. sudah jelas.." aku melanjutkan. Aurora terdiam dan alisnya terangat sebentar.
" Ayahmu hanya tidak ingin melihatmu bersama cowok kan?" aku memperjelas, hanya ingin memastikan yang ia pikirkan.
Aurora mengangkat pundaknya. dan tersenyum kecut.
" let say, cowok itu Gede atau Rama.., " Aurora langsung memukul punggung tanganku.
" aku hanya bilang seumpama, okay!"
" Mungkin Ayahmu juga tidak akan menyukai mereka!"

" Mikhael dengar, aku tidak akan bersama cowok manapun kalau kamu tidak pernah ada di masa SMAku." wajahnya mendadak cemberut, lucu sekali. Aku aku tidak bisa menahannya. Dan aku malah mendapat cubitan sengit di perutku.

"Aurora, berhenti! atau perahu ini akan tenggelam." hanya mendengar kata itu ia pun mendadak berhenti, mungkin memikirkan tempo hari yang membuat nya basah kuyup dan hampir mati.

" Sekarang sudah jelas, ayahmu itu sebenarnya tidak suka melihatmu punya pacar! jadi kalau aku bukan pacarmu mungkin saja ia menyukaiku." Aurora menatapku enggan.

"okay..," hanya itu responnya.

" Munurutmu kenapa ayahmu tidak suka kamu punya pacar?" ia mendadak memandangiku. Lalu tersenyum kecut. Memaksa sekali.

" Dia tidak pernah berkata aku tidak boleh punya pacar!"

" Mimpi mimpimu!" aku menambahkan. Dan Aurora terlonjak. Ia mengalihkan pandangnya jauh ke horizon. Aku sendiri merasa bersalah, karena mendadak ia muak memandangku.

Aku mendayun perahu cepat cepat, bahkan bermain perang dengan ombak. Hanya ingin membuat suara gemuruh. Berharap besar kalau cewek ini mau memandangku lagi.
" Aku akan membuat perahu ini tenggelam lagi kalau kau tidak bersuara!" Aurora menoleh dan tersenyum sedikit. lagi lagi. Aduh dia memikirkan apa lagi sih?

" Aurora.. menurut mu apa..,"

" Mataharinya mulai tenggelam!" ia memotong dan seperti memberi tanda kalau sudah tidak ingin membicarakan tentang ayahnya.

Aku menepikan perahunya, lalu kami pulang.
aku membiarkannya untuk menggunakan jalan menuju rumahnya yang sebenarnya satu arah menuju rumahku, tapi aku mencari altenative lain hanya agar tidak ada yang memberi tahu ayahnya kalau anaknya berpacaran dengan seseorang sepertiku.

Sesampai di rumah aku langsung ke kamar mandi, badanku sudah terasa gatal berlari dari danau menuju rumah tadi.
oh Aku kepikiran malaikat lucu Aurora.
lalu kemudian membuat banyak kemungkinan yang akan membawa kami keluar dari sini. Oh cepat sekali, dan aku memiliki ide briliant yang akan mengembalikan Aurora pada mimpi mimpinya. well ide ini bukan mendadak ku temukan begitu saja, ini adalah sesuatu yang  sudah ku pikirkan dengan matang.

Aku pergi ke bengkel Alaska menungunakan motor pespaku. Hanya beberapa menit aku sudah sampai. Huh, aku menarik nafas panjang untuk sekali, degupan berirama di dada. Selalu saja seperti ini. Dan semua orang berpikir aku pemberani. Omong kosong.

Bengkelnya besar, muat beberapa motor di sebelah kanan dan 2 mobil di sebelah kiri. lalu beberapa spare part berjejer didinding.
barulah sofa sofa menawan sebagai tempat menunggu lengkap dengan TV.
lucunya tempat ini hanya di kelola oleh dia dan satu anak buah. Pekerjaan sebanyak itu?! sungguh pekerja keras. tapi hebatnya mereka akan mendapat uang jutaaan dan hanya di bagi dua. kedengarannya sepadan.

Ayah Aurora baru mengambi kaca mobil, dan wajahnya langsung terlihat garang.

" mau apa kamu kesini? "

" tidak Om, hanya ingin mengunjungimu!" aku tersenyum, dan seperti biasa ia tidak peduli. Ia berjalan ke mobil Avanza berwarna cream. Aku mengikutinya dari belakang.

" Aku kan sudah bilang, tidak perlu datang kemari! Aku benar benar merasa terganggu." ia mengambil beberapa kunci dan aku mmebeku mendadak.

" Sampai kapan, Om? saya hanya ingin.." biasanya aku cuma diam, lalu meminta maaf. tapi hari ini sepertinya waktu yang tepat untuk membawa semuanya pada kehidupan normal Aurora.

Ayah Aurora menggeleng. Lalu memusatkan perhatiannya padaku. " Dengar, Aku tidak peduli padamu, tentang apapun yang kau lakukan! tapi berhenilah menggangu putriku! "
bibirku bergerak sedikit tapi tidak mampu mengatakan apapun.
aku mendekatinya yang masih sibuk memasang kaca mobil. Lalu bersepakat dengan pikiranku kemudian.

" Baiklah, seperti nya memang saya tidak akan pernah punya kesempatan untuk bersama Aurora saat ini."

" Hey, tolong berhenti berkata menjijikan seperti itu.., kau hanya 18 tahun!!! apa tidak ada yang memberitahumu betapa panjannya kehidupan mu di masa depan? " Ia mendorong dadaku. Dan benar benar terlihat ingin membunuhku. Tapi kemudian mengalihkan pandangannya.
Rendra mulai bergerak. Sepertinya ia bersiap bila ada sesuatu yang membuat Ayah Aurora memukulku.

" kau urus saja dirimu! dan jauhi anakku." ia berjalan menjauh.

" Aku ingin membuat kesepakatan!" ucapanku kemudian membuatnya berhenti.
" Aku janji ini akan membawa Aurora pada kehidupan normalnya!" Ayah Aurora membalikkan badan. Dan mendekatiku.
tangannya menarik krah bajuku. dan matanya melotot.

" Apa? kau akan membohongiku huh?"

" Om.." aku menepuk punggung tangannya dan membuatnya melepaskan ku.

" Kau tidak tahukan selama ini aku dan Aurora masih sering bertemu." Ayah Aurora menghela nafas panjang. Ia munutup mata dan berbisik pada dirinya sendiri. " sudah ku duga!"

" Aku menyukainya dengan sangat, begitupu dengannya." kedua tangan Ayah Aurora di perut. lalu ia menggeleng.

" Kau tidak terlibat secara fisik dengannya kan!?" oh jadi ini ketakutan terdalam nya. Sepertinya aku bisa mengerti.
"hey..," ia sudah tidak sabar menungguku berkata.

" Oh please! please! Aku bukan bajingan!" seberapa jauhpun penasarranku akan hal semacam itu, aku masih merasa jijik bila memandang usia kami.

Ayah Aurora mendesah.
"  Kalau begitu apa maumu?"

" Seperti yang Om tahu, ujian sekolah hanya tinggal beberapa minggu. Aku memiliki ketakutan aneh tentang nilai sekolahnya. Aku tahu sejak TK ia sudah memiliki mimpi mimpi indah, dan oleh sebab itu ia selalu mendapatkan peringkat satu. belakangan nilainya merosot.., ia lebih banyak memikirkan kami, hanya karena ia tahu kalau Om seorang keras kepala yang tidak akan pernah menerimaku bersama Aurora."

sekali lagi ayah Aurora menutup mata, hanya berusaha meredam amarahnya.

" Melihatnya seperti itu bukanlah sesuatu yang ku sukai. Aku tidak masalah bila harus jauh dari nya, hanya bila aku bisa memastikan ia bahagia dalam kehidupannya."
jujur saja itu bukan keputusan yang mudah, bahkan bila mungkin aku akan tetap mencari jalan yang bisa membuat kami berdua tetap bersama.
mimpi mimpi buruk yang ku harap segera berakhir,
meninggalkan keheningan menakukan di ujung jalan.
hal hal yang ku harap bisa ku tinggalkan
meski hanya pada pikiranku
tapi hidup hanya lah hidup.
berputar dalam masalah malasah aneh.
" Katakan padaku.." tuntutnya kemudian.

" Bisakah Om membiarkan Aurora menikmati masa ini.., bersamaku!"

" Dan?" matanya melotot.

" Hanya hingga kami lulus.."

" Lalu kau akan meninggalnya setelah itu ?"

" itu kesepakatannya!" aku memperjelas. Dan lelaki berbadan gagah itu memandangku angkuh. wajahnya menyeramkan.

" Bagaimana aku tahu kau tidak akan berbohong?"
itu pertanyaan yang sempurna. Dan aku tidak bisa menjawab, meskipun aku sendiri tidak memiliki niat untuk membohonginya.

" Dengar, Alaska putriku memiliki mimpi mimpi yang besar sejak kecil. Sebagai ayahnya, Aku akan melindunginya hingga ia mendapatkan mimpi itu! dan sekarang.. aku melihat anakku bersama cowok ingusan yang berkata sangat menyukainya?! dan kemudian membuat kesepakatan konyol seperti ini?" Ayahnya tertawa. Tapi sedih dalam waktu bersamaan.
Kalau saja black hole itu nyata di sampingnya, ia akan mendorongku masuk kesana hanya agar aku tidak perah ada di dunia Aurora. jelas sekali.

" Aku baru sadar kenapa Om tidak menyukaiku, itu bukan karena aku adalah Mikhael, tapi karena aku menyukainya. Karena dia meyukaiku. dan Karena hubungan ini akan mengalihkan pikirannya pada hal lain selain Mimpinya." Mata Ayah Aurora tertunduk ke lantai, menimbang nimbang ucapanku.
" Aku melakukan ini, karena aku ingin Aurora mewujudkan semua mimpi mimpinya."
" kalaupun ada jalan lain, kalau saja ada, tapi pada akhirnya meninggalkannya adalah satu satunya jalan yan bisa mmbuatnya fokus pada keinginannya."

" Okay, jadi kau akan benar benar meninggalkannya, bila ujian sekolah selesai?"

" maksudku setelah kelulusan berakhir!"

" Tidak , hanya setelah ujian sekolah selesai!" Gerutunya.

Bibirku bergerak namun tidak bersuara. well, ini akan menjadi drama paling menjengkelkan untuk diriku sendiri bila hari itu terjadi. Membayangkannya saja , rasanya aku igin menceburkan tubuhku ke lautan, lalu mengilan di telan ombok. Apalagi bila hari itu muncul?
Mikhael dengar, kau akan melihat gadis cantik itu di bawah Aurora, menari nari, dan bahagia.

Aku mengingatkan diriku berulang kali.

" Hey, kau.. " aku terbangun dari lamunan.
" Aku memiliki beberapa aturan yang harus kau sepakati."
aku hanya mengangguk.

" Kau tidak pernah mencium anakku kan?" pertanyaan macam apa itu? Harusnya ia bertanya pada cowok lain. Kalau aku ? bagaimana mungkin Aurora tidak mencium cowok yang ia sukai ? mataku berlari keatas.
" okay, tidak usah di jawab atau aku akan memukulmu!" mendadak ia mengerti. Sepertinya bisa membaca pikiran.

" Pertama: kalian tidak boleh berduaan ditempat yang sepi. Kedua; tidak ada hubungan fisik. sama sekali. Dan terakhir tolong berhenti membuat rencana tetang masa depan kalian! "

" Dan tinggalkan anakku setelah ujian sekolah, bukan ketika kelulusan."

Kesepakatan yang luar biasa.
kami bersalaman sebagai tanda persetujuan.



Share:

0 komentar