c | Sounds Of Lover 11 | Journey To Northen Light

Sounds Of Lover 11

Kami terjaga setiap musim gugur ketika dedaunan turun..,
langit masih samar samar dari jendela, tapi aku bisa merasakan fajar menyingsing.
suasana hatiku terasa berat, entah kenapa.., seperti sesuatu yang jauh dan dalam.., mengaliri kesakitan sedikit demi sedikit.
air hujan masih menetes, berharap akan segera berhenti hanya agar aku tidak bergulat untuk pergi ke sekolah.

" Cepatlah sedikit.., jangan sampai terlambat." Ayah berkata. Tanganku otomatis bergerak lebih cepat untuk menalikan sepatu.
sekali lagi aku memeriksa jam. dan hampir setengah 7, sesuatu yang akan membuat ku terlambat.

" Ayah .., ibu.., aku berangkat." aku berlari ke pintu, dan.., sesuatu yang aneh dan tidak masuk akal..,

Mikhael berada di halaman rumah dengan santai duduk di motor pespa buntutnya.
aku mengusap mataku berulang kali. Lalu buru buru menutup pintu rumah. aku berlari ke arahnya, dengan wajah garang. tapi senyum manis nya yang mempesona menyambutku.

" apa yang kau lakukan disini?"

" menjemputmu!" hanya itu, dan Mikhael memakai helmnya. Aku terlonjak, tanganku otomatis memukul pundaknya.

" Hi.. Om..,"Mikhael melambai dengan senyuman mematikan. Aku membalikan badan, dan ayah sudah berada di depan pintu, ku pikir ia akan memasang wajah garang dengan mata melotot, namun tidak. Ia malah tersenyum ramah.
dan hal itu justru malah terasa aneh untukku.

" Tik tok tik tok..," Ayah menunjuk jam tangannya. Tapi aku masih terhipnotis oleh keadaan.

" Ini helmmu..," kata Mikhael. Aku menggeleng.

" Tolong bangunkan aku dari keadaan aneh ini!"

" Pakai hemnya, dan kita berangkat ke sekolah!" jawaban normal. tapi kepalaku menggeleng dengan sendirinya. Tangganku bergerak melepaskan tali helm. Lalu memakainya di kepala. tapi susah sekali membuatnya pas dikepalaku, sepertinya sudah di acak acak seseorang beberapa waku selama aku tidak memakainya.

" Kau melakukan sihir di bengkel Alaska?" Mikhael tertawa. Tangannya bergerak membantuku.

" Kami membuat kesepakatan." aku teronjak, tanganku berada di dada, menuntut.

" Apa penting bagimu? selama kita bisa tetap bersama dan Ayahmu merestuinya?!" aku menimbang nimbang ucapannya, hanya berusaha mengulik yang terjadi.
ini bukan sesuatu yang normal, bahkan bisa di katakan tidak masuk akal.
aku kenal ayahku.., dia itu keras kepala, sama denganku. dan menerima sesuatu yang sudah ia katakan tidak adalah mustahil. Bukannya apa, Dia itu orang yang sulit, akan melakukan banyak research, dan pendukung untuk menyetujui sesuatu. Jadi kalau ia sudah berkata tidak, berarti di balik kata tidak itu ada ribuan alasan masuk akal yang mungkin kan memperburuk keadaan.

Jalanan terlihat mengkilat, sedikit banyak berkedip jail. Aku bahagia dalam penasaran luar biasa, namun tidak pernah mendapat satu jawabanpun.
kupu kupu terbang jauh, penderitaan berlari dalam kepakan sayapnya..,

Hari hari normal berjalan aneh.., bukannya aku tidak bahagia, tapi sebagaimana penasaran itu tidak mendapat jawaban sedikit banyak membuatku berpikir, kadang.
jadi jadwal bertemu kami 100% di ganti.
Mikhael dan aku hanya bertemu di sekolah. tapi Mikhael sering menelpon atau mengirim pesan, hanya hari minggu saja ia kerumah ku, dan itupun sembari membawa buku buku ujian. bayangkan saja betapa hari hari kami lebih banyak untuk belajar dari seharusnya.
seperti bagaimana akhir dari sekolah, kami di  sibukkan oleh banyak persiapan praktek, menari contohnya. tapi karena aku dan Mikhael berbeda sekolah jadi kamipun tidak melakukan persiapan tersebut bersama. kami lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sekelompok kami, dalam persiapan ujian sekolah. bukan hanya itu les yang kami lakukan setiap haripun menjadi salah satu alasan.
Tapi hal manis dari seorang Mikhael adalah.., ia tidak akan pernah lupa mengirimku pesan yang hanya berka "semangat." aku bisa bilang pacarku itu tidak seperti kebanyaan anak SMA lainnya, dia benar benar seseorang yang jauh dari batas pikiranku.

Setelah persiapan panjang hari itupun terjadi..,
Aku berangkat pagi pagi bersama Mikhael, itu sekitar puku 7 pagi sedangkan ujian nasional akan berlangsung puku 9.
aku membawa beberapa buku, tentu saja. hari pertama adalah Bahasa indonesia. Harusnya mudah, karena kami 100% orang indonesia yang memakai bahasa ini setiap hari. tapi sebagaimana hal hal yang selalu membuatku banyak berpikir, aku pun tidak berhenti membuka buku dan membacanya berulang ulang.

" hey hey.., selesaikan satu lembar dan buka lembar yang lain. bukan membuka lembar baru setiap lima detik sekali." Mikhael tertawa, lalu tersenyum kecut. Hanya karena hal hal tidak masuk akal ini berputar putar di mataku tanpa henti.

" Alaska, Dengar.., kau sudah belajar dengan baik, semua nilaimu bisa di katakan sempurna. apalagi yang kau takutkan?"

Aku menggeleng enggan, dan semakin memikirkannya, sesuatu berkecambuk di sana, perutku mual.
" kau tidak mengerti Mikhael..,"

" tell me..," Mikhael menutup bukuku. Dan diambil ke pangkuannya.

" Aku takut kalau ada sesuatu yang mengotori kertas ujianku..," Mikhael menyiyipkan matanya, menuntutku tetap bercerita.
" Well, Aku orang yang sangat teledor. Aku takut kalau kertas ujianku sampai sobek, atau aku terlalu keras menghapus, atau terlalu tebal membulati, atau kurang tebal membulati."
 Dan Mikhael tertawa cekikikan.
ku pikir ketakutan semacam itu wajar, bagaimanaun aku beberapa kali membaca berita kalau kertas tidak boleh robek atau kotor karena berkemungkinan besar komputer tidak mampu membaca LJK. dan itu keakuan terbesarku.

Aku mendorong pundaknya. " aku gugup!" Mikhael menutup mulutnya dan berkedip padaku.

" Ini ujian nasional, Aurora.., dan kau hanya takut kertasmu kotor?" aku mengangguk seperti anak 8 tahun yang berada di dokter gigi karena ketakutan.
" Bagaimana dengan jawaban jawabannya? kau tidak takut salah jawab?"

" well, ku pikir kita sudah berlajar cukup lama."

Mikael memandangku dengan senyuman penuh pesonanya. dan setengah mengejek. aku memukul pundaknya lirih, lagi lagi. dan sekarang dia bersuara. " jangan khawatir pemerintah akan segera menggantinya dengan komputer."

" Tapi setelah tahun 2013 aku sudah tidak di SMA lagi."
" tapi tetap saja.., bagus untuk si kembar!" aku menambahkan dan Mikhael tersenyum.
ini tidak akan mudah,
tapi aku menyayangimu..,
dan kau menyayangiku..,
kita akan menari dibawah cahaya
atau terjaga pada kegelapan..,
aku hanya ingin kau bersamaku.
hari ini..,
besok..,
dan selalu.

Tangan Mikhael menyentuh tanganku, tepatnya cincin pemberiannya yang berada di jari telunjuk.

" kau memiliki sesuatu yang tidak aku miliki!" ia berkata.
" bagaimana bisa kegelisahan itu lebih jelas dari keberanianmu..," aku tersadar dan memandang cincin pemberianya.

" Ayo jalan jalan..," mikhael berdiri dan meraih tanganku.
Mikhael dan aku berjalan ke lorong kelas, sedangkan semua orang sibuk belajar. well, aku sudah menangkap semua nya pada pikiranku, aku hanya perlu sedikit tenang, dan itu saja.

Harus ku akui pesona Mikhael mengalahkan segalanya. Dan itu faktanya.

" Jadi, setelah ini kau mau mendaftar kuliah dimana?" Mikhael terlonjak. jelas sekali ia tidak memikirkan itu.

" lihat saja hasil ujiannya, baru aku akan memutuskan."
" kau akan mendaftar ke UGM kan ?"

" aku sedang memperjuangkan itu." alis Mikhael terangkat.

" yea.. jadi Ayahku dulu pernah kuliah di Pennsylvania, dan dia bilang itu universitas yang bagus untuk bisis. so, dia ingin aku pergi kesana!"
" Karena dulunya Ibuku mengelola majalahnya sendiri, so dia ingin aku menekuni fashion lebih jauh di Parsons School Of Design. "
" Tapi ini semua tentang uang..,"

" bagaimana denganmu?"

" aku sih tidak masalah, pergi ke Alaska bukannya murah, jadi yang jelas aku harus punya pekerjaan bagus."

" Well, kalau begitu.."
" Kalau mereka sudah berkata seperti itu, uang tidak akan menjadi intinya." aku mengangguk menyetujui yang ia katakan, Meski kedengarannya akan sulit sekali.
Aku berhenti mendadak, begitupun Mikhael. Ia tersenyum dan tidak terlihat memikirkan apapun. aku memandangnya sebentar, bertanya tanya.

" kau akan ikut bersamaku kan kemanapun aku pergi? " Mikhael tersenyum.

" Kemanapun."



Share:

0 komentar