c | Sounds Of Adios 12 | Journey To Northen Light

Sounds Of Adios 12

when the darkness turn to light it ends tonight
Ini hari paling melegakan untuk semua murid. Ouh tentu saja ujian nasional yang menjengkelkan itu telah berakhir.
Kami sedang menunggu dalam barisan perkelas. Karena kelas ku di 12 B dan kelas Mikhael 12 C jadi kami pun berdampingan.
Mikhael menatapku sesekali, tapi seperti hanya memastikan aku baik baik saja. kadang iseng menarik rambutku yang di kepang dua. tapi tidak banyak berbicara. Well, sepertinya sesuatu yang tidak baik telah singgah di kepalanya hingga kerutan wajahnya yang penuh pesona itu nampak jelas sekali berbeda.

Kepala sekolah berdiri di depan, lalu sedikit basa basi penyambutan ucapan terimakasih untuk ketertipan pelaksanaan ujian sekolah, bukan hanya itu ia juga mengumumkan kalau kami sudah tidak harus berada disekolah sampai pengumuman kelulusan  sebulan lagi pada 25 Mei, yang berselang dua hari kemudian akan di adakan perpisahan sekolah.

Mikhael mencolek perutku. dan otomatis aku menoleh. dan mengangkat jari telunjuk ke depan bibir, hanya agar ia bisa diam.
aku memperhatikan kepala sekolah lagi, tapi lagi lagi tangan jail Mikhael menarik kepanganku.

Au.., aku menyiyipkan mata ke arahnya, dan  tertawa kecil.

" Beautiful creatures." Ia berkata lalu menjulurkan lidahnya.

" Oh sepertinya seseorang telah berdiskusi di tengah barisan!" Kepala sekolah jelas sekali membuat semua mata tertuju ke arah kami. Mikhael mengangkat tangan dan melambai. lalu tersenyum angkuh, seakan melakukan sesuatu yang membanggakan.

" Aku tahu Mikhael kau akan merindukan gadis itu." ia melanjutkan, lalu mendapat kedipan dari Mikhael.

Lima menit setelah itu, pidato membosankan dari kepala sekolah berakhir.
Murid murid saling berdesakan untuk meninggalkan sekolah, hanya aku dan Mikhael yang tertinggal, kami berdua otomatis mentertawakan keadaan ini. ingatan kami benar benar jauh berada pada bus sekolah, dan Mikhael tahu persis berdesakan adalah sesuatu yang menggelikan untukku.

Mikhael berutut denang satu kaku, lalu menunjukan telapak tangannya di depanku " Okay, Tuan putri ayo pulang!" well dia selalu melakukan sesuatu yang lucu.
Aku menggengam tangannya, dan kami berjalan menuju parkiran.
motor pespanya sudah terlihat jelas berada di parkiran.
ku pikir ia akan segera menanarku pulang, tapi malah membawaku ke danau.
hening menyihir, sedari kami berdua duduk, ia tidak mengatakan sesuatupun, tapi matanya menatap jauh ke cakrawala. aku sendiri berusaha keras menyelami nya, dan sejauh ini kami baik baik saja. tidak satu hal pun yang membawa kami pada argumen.

Mendadak, Mikhael merubah duduknya kearahku. Tangannya menggengam punggung tanganku.
“ Menurutmu bagaimana kalau kita pergi? ” nafas Mikael tarik menarik. dan aku kebingungan. aku melebarkan bibirku, namun tidak mampu menjawab.

“ Kita tidak usah berkemas, Kau hanya perlu bilang iya dan kita pergi! ” lanjutnya tegas. Aku memandangi wajah paniknya. lalu menyentuh keningnya, dan mengelus rambutnya. hanya berusaha menengkannya dari apapun itu.

" Kita akan pergi kemana?"

" kemanapun! sejauh mungkin! selama tidak berada disini."
Aku tersenyum hanya karena merasa ia sedang bercanda. tapi kerutan pada dahinya sungguh menunjukan ketakutan luar biasa yang sulit di tebak.

" okay, kemanapun! aku akan ikut bersamamu! ” jawabku kemudian. Mikahel terdiam. matanya bergerak ke atas. dan di sentuhnya keningku. lalu ia mencium ku kemudian. dan kami menikmati itu dalam beberapa detik.

" Aurora.. kau ingin pergi ke Alaska!?" matanya melihat kebawah, dan ia tertunduk. Itu bukan nada pertanyaan. Seperti urutan pemberitauan yang harus ku ingat.
" Dan mimpi mimpimu yang lain."

" kau salah satunya!" sahutku. Mikhael tersenyum tipis.

" Kalau begitupun temui aku di Alaska!" Aku tertawa, tapi ia malah melamun.

" kau ingin pergi kesana juga?"

" untukmu." Mikahel mencium punggung tanganku, dan semua sentuhan ini malah membuatku merasa berlebihan. Sesuatu yang ganjil sebagai bentuk ungkapan sesorang yang tidak akan bisa melakukan hal yang sama lagi.
Tapi kami akan mendiskusikan semuanya setelah pengumuman.
Toh kami pun bisa bertemu setiap hari, ayahkan sudah tidak mempermasalahkan hubungan kami sama sekali.

kami duduk dan bergurau hingga larut. begitu banyak hal yang kami ceritakan, bahkan sesuatu yang bahkan tidak ada sangkut pautnya dengan kami. Mikhael seperti berusaha membuat kami tetap terkoneksi. hingga kami berduapun tersihir oleh waktu.
Kami telah berada di tempat ini berjam jam, kilau sang senja begitu tepancar jelas berkelap kelip di danau.

" Sebentar lagi malam." aku berkata dan Mikhael tertawa kecil, lalu terdiam.
Dipandanginya cahaya jingga itu, hingga ku merasa benar benar terabaikan. dan aku tersadar kami masih memakai seragam SMA.
aku bergerak dan duduk di pangkuannya. aku tidak ingin ia terlalu lama menatap yang lain, jadi aku pun membiarkannya memandangiku.
Mikhael melepaskan kepang rambutku, dan lengkungan indah terurai di atas dadaku. Kami terpaku dalam kenyamanan pelukan, dan beberapa kalipun Mikhael menciumiku. tapi hanya sebatas itu, ia tahu dimana ketentuannya.

" Aku sudah bau sekali." aku berbisik.

" jangan pergi, ku mohon." suaranya berbisik. dan aku mengigit daun telinganya.

" kita akan bertemu lagi, aku janji!" aku berkata , dan mikhael mengangguk.

hari mulai gelap, Mikhael mengantarku pulang. tapi entah mengapa ada sesuatu yang berbeda dari nya, sesuatu yang tertahan di tenggorokan. Mikael memanggilku, namun bibirnya tidak bersuara. dan hal itu sungguh terasa aneh untukku.
aku melepaskan helm. dan Mikhael menggengam tanganku.

" Berjanjilah padaku, semua mimpimu harus terwujud!" Mikhael mununjukan jari kelingkingnya, dan aku langsung menanggapi itu.

" janji!"

Ku pikir semua akan berjalan normal, bagai nafas yang berembus setiap hari dan detak jantung yang tetap bergerak, atau kedipan mata yang setiap beberapa saat otomatis. tapi hidup itu 100% adalah kejutan kejutan aneh yang berputar dalam bayangan semu, dimana hal hal yang jauh di belakangmu berjalan sesukanya, tanpa kontrol.

Aku mengirim pesan ke Mikhael menanyakan apa yang ia lakukan, tapi ia tidak menjawab apapun, karna ku pikir ia tertidur aku masih menunggu pesanku di respon pada hari selanjutnya. Tapi sekali lagi aku di kejutkan oleh hal sialan aneh yang membuatku semakin penasaran.
Mikael hanya membaca pesanku tanpa merespon.
aku pergi ke danau, dan berharap cowok yang sangat ku sukai itu akan berada disana, jadi kami bisa bermain perahu seperti biasa sembari menikmati senja. tapi aku di kecewakan sekali lagi.
aku tetap mengirim pesan pada Mikhael setiap hari, akupun pergi ke Danau setiap hari, hanya berharap salah satu hari akan berpihak padaku dan kami akan mejalabi hari hari kami seperti semua.
Tapi aku bermimpi.
hal hal menyenangkan diantara kami seperti hanya sebuah mimpi.
Well aku harap Mikhael memiliki media sosial seperti facebook instagram atau twitter, tapi ia hanya cowok yang terlalu menyukai kenyataan, dan berbicara di media sosial dengannya itu hampir tidak mungkin. Okay hanya Whatsapp, itu saja yang ia miliki.

Dan di hari ke 7, Whatsapp Mikhael sudah tidak aktif.
ini aneh.., benar benar aneh.
Mikhael seperti melarikan diri. Padahal kami tidak melakukan apapun, sebut saja berhubungan secara fisik yang melibihi batas anak SMA, kami tidak pernah melakukan itu! jadi apa yang membuat Mikhael melarikan diri? aku tidak akan hamil. tentu saja. lalu apa alasan utamanya? kenapa anak ini mendadak mengilang dari hidupku?

Aku merebahkan badan di kasur, mataku melihat ke langit langit kamar. Bayangan Mikhael disana. dalam setiap kedipan mataku, dalam setiap detik waktu sialan ini.
hal  hal indah itu, senymnya yang penuh pesona..,
aku selalu hampir mati hanya karena mengingat wajah nya yag menawan.
okay ini bukan akhir dunia.., kami masih akan pergi ke sekolah untuk pengumuman, dan perpisahan. So aku memiliki kesempatan besar untuk menemui cowok itu. selagi hari hari menyebalkan ini aku kan tetap pergi ke danau setiap sore, sebagaimana aku dan Mikhael menghabiskan waktu kami bersama sama.
ayahku, ia memberiku banyak sekali buku, dan semuanya tentang pengetahuan. dan entah mengapa ia kemudian memberiku buku buku aneh yang aku sendiri bahkan tidak mengerti, dan mendadak ia berkata kalau ketika aku umur 5 aku bercerita padanya kalau aku ingin menjadi pilot, dan mendadak saja ia memberiku banyak referensi buku tentang pilot, jadi sekarang dia itu tidak ingin aku kuliah bisnis lagi, malah ingin aku menjadi pilot. well, liburan sebulan akan cukup membaca banyak buku sebagai pengetahuan, dan lihatlah di ujung hari saat semua ini berakhir kemana aku akan memilih jalan untuk mewujudkan semua mimpi mimpiku.

Dan hari kelulusan yang aku tunggu pun tiba. Ayah yang menemaniku, bagaimanapun ibu masih mengajar. jadi sedari pagi aku mataku sudah berkeliaran mencari tampang Mikhael. tapi cowok itu tidak ada. dan di saat semua oran khawair tentang kelulusan, aku malah khawatir tidak bisa menemukan Mikhael bahkan di hari sepenting ini.
Dan yep.., hal hal aneh ini semakin aneh. ayahku menerima amplop kelulusanku, dan yeah kita semua sudah menduganya kalau semua murid lulus.  
Hal lain yang membuat ayahku tidak berhenti tersenyum adalah ketika semua murid dan orangtua berkumpul di lapangan sekolah dan kemudian kepala sekolah memberi pengumaman kalau aku tetap mengantungi nilai terbaik. Aku menerima topi kelulusan di depan ayah ku dengan bangga, dan sebuah piagam penghargaan peringkat satu.
Tadinya aku berharap ada runner up, Dan biasanya selalu Mikhael. tapi tidak. hanya aku yang di panggil. dan hanya aku dan ayahku yang berada di depan di saksikan semua murid. dan ini malah terlihat aneh untukku. 
aku tidak berharap kepala sekolah mengumumkan anak terpintar disekolah, karena itu sama saja membuat seokolah sebagai kompetisi arogan dimana sebagian dari mereka akan merasa iri, dan sebagiannya lagi akan merasa down hanya karena menyaksikanku setiap semester di tempat ini.
Aku tidak pernah merasa seaneh ini dalam hidupku. biasanya satu satunya hal yang membuatku sedih adalah bila aku tidak menjadi anak terpintar diangkatanku. dan di hari seperti ini biasanya aku akan tersenyum lepas. dan benar benar merasa bahagia. 
tapi aku mulai merasa Mikhael telah menghancurkan semuanya.
Aku menengok barisan 12 C lagi lagi. Gede dan Rama ada disana, tapi Mikhael menghilang entah kemana.

Okay, tarik nafas, tenangkan pikiran, masih ada lusa: hari perpisahan. dan aku yakin Mikhael akan disana.

jadi hal baiknya kelas 11 yang mengatur semua perpisahan kami, setelah kami memberi mereka ide Farewell party kami. jadi kami tidak perlu mempersiapkan apapun itu.

Share:

0 komentar