Let the lightning guide you
Tentu, aku tidak berniat menjadi saksinya. Bagaimana bisa? menjadi saksi di hari pernikahan orang yang ku cintai? Tidakkah aku akan langsung mati, bila kini mendengar kata menikah saja aku sudah sekarat.
Langkah nya bergerak menjauh, lagi lagi. Wajah malaikat yang menemani ku bertahun-tahun itu membelakangi ku.
Aku memanggil nama nya.
Dan suaraku melemah sendiri.
Aku memaksa mereka keluar untuk berteriak. Tapi karena memang aku sudah terlalu sering berteriak untuknya , rasanya hanya terdengar seperi keluhan akut.
Sedangkan ia terus menjauh,
Dan aku menjadi satu-satunya yang berharap keadaan kami bisa kembali murni.
Bagaimana lagi?
Hubungan bukan sesuatu yang bisa dijalan sebelah pihak.
Dan kalau pun memang sudah di tuliskan seperi ini, at least dia bahagia
Deght, aku terbangun.
Mum tersenyum dan mendekatiku.
"Are you ok?" Aku memandang matanya dan dia malah berpaling karena tidak mampu menelaah lebih jauh.
Mum tersenyum dan mendekatiku.
"Are you ok?" Aku memandang matanya dan dia malah berpaling karena tidak mampu menelaah lebih jauh.
"Im tryng to be..,"
Dan kami sama-sama terdiam memandang laluan angin.
Dan kami sama-sama terdiam memandang laluan angin.
“Apa kau tahu.., aku hanya jatuh cinta sekali.” Mum tiba-tiba bersuara, membuat tanganku yang memegang kuat pagar teras mulai merenggang perlahan. “Meski sebelumnya aku pernah tertarik pada beberapa laki-laki.” Lanjutnya.
“Aku tidak pernah membayangkan memiliki kesempatan untuk bisa bersamanya begitu lama! Lalu kehilangan dia secepat ini." Ia menghela nafas.
"Tentu aku sedih, aku bahkan ingin ikut mati.” Ia memandang mata ku dengan tajam. Lalu menggeleng.
"Kemudian aku mengerti bahwa aku harus tetap hidup untuk apa yang menjadi bagiannya."
"Kau, Lily, dan Vaad.” Iapun tersenyum, meski sebagian pandangannya terenggut dalam lamunan bayangan ayah.
“lagi pula kami sudah melewati bertahun-tahun yang begitu panjang dan menyenangkan, sejauh ini..kami tidak pernah berniat saling menjauh, barangkali itulah kenapa aku selalu merasa dia sembunyi-sembunyi entah dimana—menatap kita, berusaha keras membuat kita bahagia.” Mum menghela nafas lagi, lalu ia mengelus tangannya yang sudah tidak memakai satu perhiasanpun.
“Dan aku tahu dia bahagia.” Ternyata ucapannya masih berlanjut.
“Karna itulah yang terpenting dalam mencintai—memastikannya bahagia.” tubuhku membeku. Pikiranku perlahan sampai pada ujung kesimpulan kalimatnya. Dan entah kenapa, senyum memikat Arka kemudian melingkari perasaan ku yang tadinya kacau.
Semua keluarga Arka sudah berada di Surabaya, menajdi bagian pernikahan Arka. Bahkan Vaad pun sudah di sana. Tinggal aku, Mum, dan Adana.
Aku langsung memesan tiket pesawat ke sana, tapi so sad, keberangkatan hari ini sudah penuh. Lalu aku putuskan berangkat di hari H.
Dan sekali lagi, pemutaran takdir ini menyedihkan.
Tidak ada pesawat yang berangkat ke surabaya pagi-pagi, semua nya di tunda sampai malam dengan alasan cuaca.
Seharusnya aku menyetujui tiket pesawat dari tante diana, jadi aku tidak perlu sesusah ini.
Aku langsung memesan tiket pesawat ke sana, tapi so sad, keberangkatan hari ini sudah penuh. Lalu aku putuskan berangkat di hari H.
Dan sekali lagi, pemutaran takdir ini menyedihkan.
Tidak ada pesawat yang berangkat ke surabaya pagi-pagi, semua nya di tunda sampai malam dengan alasan cuaca.
Seharusnya aku menyetujui tiket pesawat dari tante diana, jadi aku tidak perlu sesusah ini.
Seharian kepalaku hanya tertuju pada Arka. Seharian aku membayangkan bagaimana wajah malaikat nya tersenyum bahagia hari ini.
Aku selalu berharap aku disana, di tempat dimana kebahagiaan nya tengah mekar.
But hari ini dengan segala keegoisanku, aku tidak menemaninya.
Disana mesti ada banyak makanan🍸🍺🍵🍨🍫🍮🍹🍷🍶🍻🍦🍩🍰🍪🍔🍲🍛🍚🍜🍞🍱🍝🍕🍖🍔
Arka dan Arzalea kecil mesti akan menghabiskan semua itu.
Tapi hari ini.. ugh, bukan lah hari untuk Arka dan Arzalea kecil.
Segalanya sudah menua.
Arka dan Arzalea kecil mesti akan menghabiskan semua itu.
Tapi hari ini.. ugh, bukan lah hari untuk Arka dan Arzalea kecil.
Segalanya sudah menua.
Tags:
Tertanda
0 komentar