I wish that I could wake up with amnesia
Aku melihat matanya mendekat, dan kemudian menghilang.
Aku bisa mendengar suaranya naik turun menyesuaikan melodi di sekelilingku.
Wangi tubuhnya yang menetap didalam pelukan ku selalu mengingatkan ku bahwa jauh bukanlah suatu alasan yang bisa merubah perasaan.
Tapi pada akhirnya aku tersadar, dia tidak disini lagi.
Dan dalam jarak yang membentang itu, ada beberapa alasan yang berkemungkinan merubah sesuatu diantara kami.
Ku harap memang begitu.
Setidaknya aku tidak terlalu jahat mencintainya dan kemudian menikahi orang lain.
Arka, ouh pandangan menusuk itu lagi. Aku mulai ragu berapa lama aku bisa bertahan dengan keadaan seperti ini.
"Hey..," Suara Adam menelusuri gendang telingaku, dan aku dibawa masuk alam sadar.
"Undangan kita sudah selesai." Adam menunjukan undangan persegi panjang berwarna silver, yang dipadukan warna pink dan font merah.
Ouh, setiap pembicaraan semacam ini, setiap kali kami membicarakan pernikahan, pikiran ku tersedot lebih banyak ke Arka.
Konyol.
Adam&Arzalea.
Aku membaca tulisan itu menjulur panjang dan jelas di bagian depan.
"Bagus!β aku jujur meski setengah hati. Namun kepala Adam malah mendekatiku. Karena aku belum siap oleh apapun itu sebelum aku memiliki kepastian, akupun berkata dengan tegas " hanya seminggu lagi, aku akan menjadi istirmu!β Adam tersenyum dan menunduk. Sepertinya ia malu.πππ
sekonyong-konyong Ibu menghampiri kami yang duduk disofa.
β Hei sayang.. kau tak ingin memberitahu Arka?β ugh π¨π¨π¨ Arka?! Dimana mana Arka.
Aku harus memberitahu nya tentang pernikahan ku? Ah tidak. Aku tidak bisa. Lebih baik ia tidak tahu.l. ini bukan waktu yang tepat. Ia tengah mengerjakan banyak hal, dan bila berita ini sampe padanya, aku akan merusak semuanya. Aku tidak ingin menggangunya. Aku sungguh tak ingin..π¦ugh, apa barangkali.., aku malah tidak ingin dia tahu aku akan menikah?π Entahlah mana yang lebih mendominasi..,
βSiapa Arka?β terselip penasaran dalam nadanya.
"Dia sahabatku..β
βSahabat?" Ia menggeleng dan berpikir keras menebak. π
"Aku tidak mengerti, bagaimana bisa bersahabat dengan lawan jenis? tidakkah itu akan menimbulkan..β Adam menggeleng tak mampu melanjutkan ucapannya. Membuat alis kiriku terangkat. β semacam keinginan..β Adam melanjutkan dengan mendekatkan kedua jari telunjuknya. Dan aku langsung paham maksudnya.
"Ku rasa tergantung niatmu.β Jawabku sembari berdiri, Lalu mengambil salah satu undangan untuk diantar kerumah Arka. Adam sempat ingin ikut untuk bertemu dengannya. Tapi karena aku ahli memutar mutar kan kata, apalagi dia tidak disini?! Jadi dengan mudah akupun bisa membuatnya berkata "Ouh okay!"
Dari depan rumahku, sudah terlihat jelas ada dua anak yang tengah duduk bermain di teras atas. Mereka berdua sibuk dengan pensil warna. Vaad dan Virgi. Mereka sudah menjadi sahabat sekarang. Tidak ada satu haripun yang Vaad lewatkan tanpa Virgi. Ku harap mereka saling mencintai lalu bersama selamanya. Lalu ketika mereka dewasa, tidak ada salah satunya yang akan kesepian seperti diriku tanpa Arka.
Dengan melangkah terburu-buru akupun masuk ke rumah Arka begitu saja. Beruntung tante Diana dan om Yayid dirumah. Bahkan tengah menonton televisi. Dikarnakan ini masalah penting, akupun mengundang mereka duduk diruang tamu.
β Aku ingin mengantarkan undanganku untuk kalian!β kataku sembari menjulurkan undanganku ke Tante Diana. Keduanya kaget, bahkan seperti orang patah hati.
"Ku pikir kau memiliki hubungan lebih dari sahabat dengan Arka? β Tanya tante Diana dengan tatapan sedih. Aku malah lebih sedih ketika mendengar nama Arka disebutkan.
β Ku harap. Tapi dia mencintai gadis yang lebih segala-galanya dariku. Bahkan ia akan menunggu gadis itu selamanya..β Ku sentuh kalung pemberian Arka yang masih melingkar di leherku. Ku pegang erat bantulnya. Lalu seakan merasakan aroma tubuh Arka.
"Kaulah gadis itu.β Jawab om Yayid membuat tante Diana mengangguk dengan yakin. Percaya padaku, akupun sempat memikirkannya. Tapi kenyataan nya tidak seperti keinginan ku . Bila saja aku mampu mengungkapkan kebenaran tersebut.
"percaya padaku.. Dia sangat mencintai gadis itu. Dia sudah terlalu sering menceritakannya padaku.β Ku perjelas sekali lagi. β Aku akan menikahi seseorang sekarang.β Akhirnya ku jelaskan lagi tujuanku berkunjung.
" Apa Arka tahu?β suaranya lemah. Pandangannya berubah-ubah. Namun ketika menatapku, ia tak bisa menyembunyikan tatapan garangnya.
"Aku tidak ingin kalian memberitahunya.β Pintaku.
"kenapa?β desak tante Diana
" Dia punya rencana indah yang tak ingin ku hancurkan. Tentu saja aku ingin dia selalu bersamaku, bahkan dipernikahanku. Tapi aku tidak mau merusak kegiatannya. Aku yakin dimanapun Arka berada, ia akan datang padaku ketika aku berkata aku membutuhkannya. Tapi aku tidak mau merepotkannya lagi. Aku bukan anak-anak lagi. bukan gadis SMP yang ia temui begitu babal.β Aku menatap keduanya dengan ragu, meski aku berkata jujur. β Aku ingin berhenti merepotkannya.. sekali saja! Jadi.. aku bisa menceritakan pada anakku bahwa ada hari besar yang ku putuskan sendiri tanpa Arka.β Sejujurnya aku tak ingin melakukannya.
β Kau benar.. dia sudah mengatur rencana. Setelah KKNnya selesai, ia akan bekerja sama dengan temannya membuat Distro.β Tante Diana menambahkan maksudku.
β itu adalah bagian rencananya yang tak mungkin akan ku hancurkan.β Jawabku. Padahal hanya 21 bulan lagi. Hanya dua puluh satu bulan lagi.. aku akan bersama Arka. Tapi sekarang rencananya berantakan.
" Sungguh? Bagaimana bisa aku tidak tahu?β Om Yayid memandang tante Diana heran. Lalu mengalihkan pandangannya padaku.
" Akupun baru diberitahu tadi pagi!β seru tante Diana. Lalu menoleh kembali padaku. β Tapi kau pasti sudah mengetahuinya sejak lama?β tanyanya. Aku hanya tersenyum ragu.
" Mimpinya adalah menjadi dokter gigi. Aku mengerti sekali, tante ingin Arka meneruskan usaha alat musik om Yayid. Tapi aku tahu betul betapa ingin ia menggapai mimpi itu, lalu menyelamatkan anak-anak kecil yang mengalami masalah gigi. Bukankah itu mimpi yang mulia tante?β Berangsur-angsur Tante Diana tersenyum. β Itu sebabnya aku tak ingin mengacaukan rencananya dengan memberitahu kabar kebahagiaan ini.β Aku setengah tersenyum menyakinkan diriku. β Rencananya harus tetap berjalan meski tanpa aku.β Gumamku
"Kalian terlihat bahagia bersama, Lea.β Om Yayid masih memancing perasaanku. Barangkali berniat mempengaruhi keputusanku.
β ya.. dia sudah seperti bagian dari jiwaku. Tapi kenyataan sebenarnya tidak sedemikian Om. Arka mencintai gadis lain. Suatu hari ia juga akan menikahi gadis itu. Dan aku berjanji pada kalian aku akan disana.. menyaksikan kebahagiaannya
Aku berjalan lebih cepat seperti berlari menghindari lingkungan rumahku. Air mataku yang hangat kembali membanjiri pipi. Aku berusaha keras menahan semua itu. Tapi karena Arka sudah seperti bagian dari diriku, kesedihan itu bisa di rasakan seluruh tubuh.
Aku mencintainya.
Hatiku berkata, dan tanganku menggenggam erat kalung pemberiannya.
Aku tetap berjalan seperi idiot. Dan terhenti ketika mendengar suara tawa anak anak kecil.
Ouh ditempat ini. Memori ku menggali sesesuau. Lalu janji Arka yang akan disamping ku ketika melahirkan malaikat mungil pun membuatku tersenyum dalam isakan tangis.
Mataku samar samar menangkap nya disana, berdiri gagah diantara anak anak kecil yang tertawa bahagia mendengar ceritanya. Lalu seorang anak perempuan manis berambut sepunggung mendekatinya, Arka mengecup keningnya dan menggendong nya, lalu setelah ceritanya selesai ia berjalan ke arahku. Gadis kecil itu berteriak bahagia menatap mataku "Mumma" katanya.
π±π±π± aku tersadar aku ber ilusiπ²π²π²
Sang Malaikat menyeret sayapnya maju, aku bisa melihatnya jelas, bahkan dalam lorong panjang gelap itu. Ia menjauh, dan semakin jauh setiap detik.
Suaraku termakan ruang sempit yang menjebak kami.
Mengejar hampir tidak mungkin.
Tapi mendadak ia terhenti.
Perasaannya menyetir nya berbalik, dan kembali padaku.
Tapi terlambat.
Lorong itu terbelah dua.
Aku terpeleset jatuh.
Dan meski dengan mataku , aku masih melihatnya maju mengejar.., aku memutuskan sebaliknya.
0 komentar