Melodi Terjebak (2); Bajak Laut penakut
Aku masih disini, East Side of 5th Ave N between Gay St and Charlotte Ave, Nashville, TN. 30 menit sebelum bus berangkat menuju Altlanta. Setiap detik gerakanku semakin canggung disamping Mikael. Aku berharap waktu berjalan lebih cepat disini. meninggalkan waktu-waktu yang berjalan dikota lain. tapi itu hanya bagian dari imajinasiku yang tak mampu menangani keadaan ini.
Kami masih terjebak hening. lalu saling melirik secara diam-diam, persis 5 tahun lalu ketika kami duduk bersebelahan di bus. Siang itu, panas menyengat. bus sekolah penuh murid-murid. Karena aku selalu datang terakhir, aku terus-terusan mendapati situasi berdiri. tapi siang itu, semuanya berbeda. seorang pria berdiri, lalu mempersilahkanku duduk ditempatnya. hal itu menjerat aku dan Mikael duduk berdampingan untuk pertama kalinya.
Tapi hari ini berbeda. suasana terlalu dingin untuk disamakan 5 tahun lalu itu. lagipula perasaanku berkecambuk mencari jalan dalam jalan buntu.
Tiba-tiba aku teringat bajak laut. entah dari mana ingatan itu muncul. aku hanya mengingatnya. lalu berusaha menempatkan diriku sebagai Bajak Laut. Para penjelajah laut itu tidak pernah merasa bimbang. Ia selalu berani melayarkan kapalnya menuju perairan luas. ia bahkan tahu akan ada bajak laut lain yang mungkin memiliki lebih banyak persediaan senjata, kumpulan orang-orang hebat, atau jutaan ide brilian untuk mengalahkannya. sebagai bajak laut, ia bersih keras berlayar untuk hal-hal yang mungkin tak pernah terpikirkan oleh penghuni darat.
Ku tatap tiketku. Dan membacanya lagi..
Journey: Nashville, TN, East Side of 5th Ave N between Gay St and Charlotte Ave to Atlanta, GA, MARTA Civic Center - 435 W Peachtree St NW
Date: Thursday August 11, 2016
Megabus ATL..
Megabus ATL..
Number of Passengers: 1
Leaving: 6:20 PM
Arriving: 11:55 PM
Price: $31.0
"Kau mau ke Atlanta?" Mikael membuatku menoleh. dan aku langsung mengangguk.
"Kau ada acara apa?" Aku terdiam bingung, lalu teringat masalahku yang mambawaku kabur ke Nashville.
"Aku mendapatkan pekerjaan disana, jadi aku tinggal di Atlanta." Mikael mengangguk. Lalu terdiam memikirkan sesuatu yang tidak bisa ku baca dari kerutan wajahnya.
"Kau sendiri mau kemana?"
"Atlanta. Aku ada show kecil-kecilan dipesta ulang tahun temanku."
Aku kaget.
Aku kaget.
"Kau bermain sendiri diatas panggung?"
"Tidak, aku memiliki band baru. Para members sudah disana sejak dua hari lalu."
"Dan kau?"
"Aku ingin menghabiskan waktuku sebanyak mungkin di Nashville." aku mengangguk dan bingung ingin berbicara apa lagi.
"Tinggal beberapa menit lagi bus akan datang!" gumamku. Mikael mengangguk dan menatap depannya. kamipun kembali terjebak hening. aku ingin lebih dekat dengannya. namun sesuatu membatasi.
Sekali lagi aku memikirkan bajak laut. lalu membuat cara bagaimana bisa aku menjadi seseorang seperti bajak laut itu???
"Jadi mimpimu sudah terwujud." Suara merdu yang terdengar lembut mengiringi telingaku. pemikiran bajak laut mendadak musnah. aku menoleh. tapi ia tak sedang menatapku. matanya memandang jauh. pikirannya sepertinya tengah berkelut dengan sesuatu.
"Ya.." jawabku. Miki menoleh, lalu menatap mataku. Aku mengalihkannya buru-buru —takut.
"Aku senang mendengar itu." balasnya dengan nada yang sama. aku mengangguk tanpa mau menoleh. lalu penasaran melihat raganya ditempat ini. aku tahu mimpinya tak ada hubungannya sama sekali dengan tempat ini.
"Apa yang kau lakukan ditempat ini?" aku menoleh dan mendapatinya masih memandangku. aku ingin menatapnya lebih lama untuk membuktikan kesamaan pria itu sebagai Mikael yang dulu meninggalkanku. tapi karena aku selalu tak bisa mengelak dari pesonanya, akupun kembali berpaling.
"Mewujudkan mimpiku!" segahnya. aku setengah tertawa. mencibir diriku yang mengklaim mengetahui segalanya tentangnya. kini aku bahkan tak tahu kalau ia memiliki mimpi yang berhubungan dengan tempat ini.
"Mengelilingi dunia dengan Peta (Nama Band Mikael semasa SMA)?" tebakku.
"Itu sih mimpi sampingan." jawabnya entang. Aku heran. lalu memusatkan seluruh perhatianku padanya.
"Mimpiku adalah melihat mimpi seorang gadis yang ingin datang ke Nashville terwujud." ia menekankan setiap kata dengan suara datar. bibirku terkatub mendengar itu. tapi aku bukan anak SMA yang terlalu menyayanginya berlebihan itu. Aku sekarang lebih sering menyaring kata sebelum bisa ku percaya. inipun hasil dari perlakuannya dulu.
"Itu sebabnya kau ke Nashville?" mataku sudah gusar. tapi ia masih menampakkan wajah penuh pesona. lalu mengangguk—aku tertawa geli.
"Memang konyol sih." ia mengakui dan tawaku mendadak tertarik ke dalam. "Hampir 1 juta orang hidup ditempat ini.. dan aku menunggu gadis itu tanpa mencari tahu keberadaannya dengan kayakinan ia akan mewujudkan mimpinya." Ia memandang langit, lalu berkedip dan menatap kejalan. ditariknya nafas dalam-dalam lalu menggerekan kepala ke arahku. "Tapi entah oleh sebab apa, aku percaya aku akan bertemu dengannya ditempat ini."
"Meski dalam waktu yang tidak bisa ditentukan?"
"Ya." jawabnya yakin.
"Lalu bagaimana bila suatu hari gadis itu tidak pernah datang?" keningnya berkerut. Ia memberi luang untuk jam berdetik beberapa saat.
"Aku sudah membuat daftar rencana dikepalaku. setiap harinya terbentuk sendiri tanpa disiapkan. tapi satu-satunya yang masih ku pakai sampai detik ini adalah doaku untuknya agar Tuhan mau membawanya kembali ke hadapanku." Matanya sudah nampak berbeda.
"Memangnya kau mau apa kalau dia sudah ada dihadapanmu?"
"Membawanya kembali pada mimpi kami." aku erharap juga. tapi sekarang sudah tidak mungkin.
"Tidakkah kau tahu, hal-hal sudah berubah."
"Aku tahu. tapi tidak dengannya."
"Bagaimana bila kau salah? dan dia tidak mau kembali bersamamu?" Matanya terperajat. ia mesti tidak pernah menyangka pertanyaan itu akan ia dengar. tapi perlahan matanya kembali normal.
"Apa dia bahagia?"
"Bisa dipastikan iya mengingat ia tak mau kembali."
"Kalau begitu biarkan saja dia tetap tinggal ditempatnya."
"Dan kau.. apa yang akan kau lakukan?"
"Mungkin aku akan kembali ke Sukamara."
"Mengajarkan cara bermain gitar?" tabakku.
"Iya.. menjadi guru gitar juga boleh." ia mengangguk dan mengalihkan pandangannya dalam sorot mata penuh pertanyaan. Aku memandangi wajahnya lama. ia sepertinya tidak menyadari itu. ia terlalu fokus oleh hal yang tak bisa ku tebak. tapi aku tidak sadar air mataku bertumpuk menunggu jatuh, lalu terjatuh. aku tidak mengerti.. tapi aku yakin Mikaelah penyebab semua itu.
"Aku harus ke toilet." kataku kemudiaan berjalan laju-laju ke tempat yang bisa menyembunyikanku darinya. aku membiarkan air mataku berjatuhan.. namun tanganku bergerak cepat-cepat mengusapnya. aku tidak ingin menangisi Mikael lagi. hanya itu yang ku tahu. kehidupan sekarnag sudah berubah. aku sudah bahagia oleh kehidupanku. aku tidak menginginknanya kembali. tidak lagi. meski persasaanku masih meluap-luap untuknya.
Aku kembali ke area menunggu. lalu mencari tempat duduk lain yang sebisa mungkin lebih jauh dari Mikael.tapi Miki melihat langkahku, iapun kemudian mngejarku setelah menggendong gitarnya lagi.
"Kau akan kemana?" tanyanya sudah disampingku. aku mempercepat langkahku.
"Aku sudah bahagia dengan kehidupanku. kau pulang saja ke Sukamara." suruhku dengan suara tinggi.
"Ya. tapi setidaknya berikan aku kesempatan untuk sekedar duduk disampingmu." Ia masih mengikuti langkahku.
"Aku tidak mau kau merusak hidupku lagi." jawabku masih terus berjalan. Mikael menarik tanganku.
"Hanya tinggal beberapa menit lagi, itu tidak akan merubah apapun." mohonnya.
"Kau tidak mengerti Miki? kau tidak perlu beberapa menit, berapa minggu, berapa bulan atau berapa tahun untuk merubah segalanya. Kau hanya perlu satu detik, dengan tatapan seperti ini. dan kau memenangkan usaha penolakanku." aku berteriak penuh kemarahan didepan wajahnya. lalu tak sadar air mata bercucuran kembali menerjang pipiku. Mikael dengan sigap menarik kepalaku ke dalam dadanya. aku berusaha menolak lagi lagi. tapi ia terlalu berkeras sama seperti Mikael remaja itu.
"Aku janji aku tidak akan meninggalkanmu lagi." bisiknya. ucapannya menaikan amarahku kembali. lalu aku memaksa menarik kepalaku.
"Apa kau tidak ingat, dulu kau bahkan berjanji akan mempertahankan ku selamanya!" Tuntutku. Kedua tangannya mencekram pipiku. "Dan kau tidak melakukannya.." bisikku sedih.
"Aku janji kali ini akan berjalan berbeda.. aku tidak peduli kebahagiaan apapun yang memisahkan kita berdua. karena aku tahu, kebahagiaanmu adalah aku. dan kebahagiaanku adalah kau. Aku berjanji padamu aku tidak akan mengikuti ucapan siapapun lagi. aku berjanji padamu.." Aku tidak mampu menjawab selain air mata yang terus menerus mengantri keluar.
Mikael menyekanya dengan jempol.
"Aku JANJI." Suaranya ditekankan pada kedua kalimat itu. Nafasku sesak oleh isakanku. Karena ia tahu aku sulit mengeluarkan suara, iapun kembali mendekapku.
Aku meredam air mataku ke jaketnya. lalu tanganku mulai bergerak ke punggungnya dengan hati-hati.
"Kau terlalu banyak berjanji.."
Tags:
Melodi Terjebak
0 komentar