c | Sounnds Of LOVE 15 | Journey To Northen Light

Sounnds Of LOVE 15

hujan mengguyur semakin deras, senja mengilang menyisakan suara dengung burung hantu. Aku ingin segera sampai dirumah, menangis di bawah bantal, atau menuliskan semua kekesalanku di blog, ah apapun itu aku hanya ingin sampai dirumah.

Tanganku masih menggengam payung, berusaha keras bersangga atas ketidaknyamanan perasaan ini. air mataku tetap mengalir deras entah mengapa, mungkin menyainingi hujan yang tetap turun. 
aku berjalan secepat mungkin, tapi malah terpeleset. payungku terbang sedikit di ujung jalan, seluruh badanku basah, bahkan meski beani ini melindungi rambutku, tetap saja rasanya aku di pukuli air hujan.
nafasku saling tarik menarik. dan isakan tangis ini lebih banyak menyulitkan pernafasanku.
sebuah mobil melintas.., cahayanya hampir membuatku mati. aku merangkak ke pinggir, lalu setelah mobil lewat aku baru mengambil payung. tapi anehnya mobil itu kembali lagi, dan berhenti di sampingku. dan aku tahu itu mobil ayah.

"Alaska..," Nadanya sudah marah. dan aku langsung membuka pintu belakang untuk masuk. ia tidak berkata apapun, dan aku berusaha menyembunyikan isakan tangisku. toh iapun tidak akan tahu kalau aku sedang menangis.
tidak lama  kemudian, mobil buntut ayah sudah sampai rumah.
Ayah menjaga keadaan hening hingga kami memasuki rumah, dan Ibu sudah menungu kami di depan pintu masuk. aku ingin segera pergi, tapi Ayah malah menghentikan langkah.

" kamu dari mana sih malam malam seperti ini?"
" ayah kan sudah bilang tidak boleh keluar malam!" ia membanting payung. dan aku menahan nafasku untuk tetap normal.
ini hanya sekali aku keluar agak petang sendirian.
" biarkan dia ganti baju dulu!" ibu berkata. tapi aku bisa mendenar ayah menggerakan langkahnya.
" Kamu juga! aku kan sudah bilang untuk tidak mengizinkan anak anak keluar malam." suaranya membentak. "atau sendirian?" sudah jelas sekali tadi itu bukan kebetulan. mungkin Ibu menelpon Ayah dan membuatnya panik mencariku ke setiap sudut kota. aku lupa menghidukan ponsel, tadi itu teralu menyakitkan untukku.
Ayahku kenapa over protective padaku ?
ia terlalu berlebihan untuk hal hal semacam ini, padahal aku tidak kenapa kenapa. kepalaku malah kini di naungi oleh kebencian dahyat tentang "kesepakatan" rahasia yang ayah dan Mikhael sembunyikan di belakangku. dan membuat keadaan berdetik detik menyikap jantungku.

Aku membalikkan badan.
" Ini semua salah Ayah!" suaraku keras sekali, dan aku bahkan terkejut.
aku menatap ke matanya, dan ia panik. untuk pertama kalinya ayah terdiam. dan untuk pertama kalinya aku bersuara.

" Apa yang ayah inginkan dari hidupku?" air mataku lagi lagi membanjiri pipi.
" apa Yah?"
" Ayah tahu apa? ayah itu orang paling menyebalkan didunia."
aku bisa melihat ketakutan di ujung matanya. sekaligus kekesalan yang mengejutkannya.

" Mikhael itu satu satunya cowok yang aku sukai, dan ayah menyuruhnya menjauhiku?"

" jadi semua ini tentang anak itu." ayah menendang sofa, dan terlihat kesal sekali.
" fuck him." lagi lagi berulang kali ia menendang sofa, hanya untuk menyalurkan kekesalannya.

" Ayah ingin aku hidup seperti apa? sendirian setiap waktu ?"

" kau tidak tahu apa apa , Alaska! kau hanya 17 tahun." Aya menaruh tangannya di perut, matanya memerah antara khawatir, panik, dan marah.

" kalau begitu katakan, Yah?"
" Ayah takut Mikhael menggunakan tubuh ku ? atau Mikhael memanfaatkanku ? atau Mikhael.."

" Alaska.." Ayah menggretak. giginya saling bertemu. dan itu menandakan kalau ia sudah di ujung kekesalannya.
Aku terdiam, begitupun dengannya, kami saling menatap memberitahu sesuatu yang sama sama kami pikirkan dalam udara. dan dia menggeleng. menunjukan ketakutan kemarahannya. Seakan benar benar membenci momen ini.

Ayah membuka kaos hitamnya. lalu celana jeansnya.
Aku tidak bisa menebak satu katapun tentang apa yang akan ia lakukan.
Dan aku tersedak. tato tato indah menghiasi lingkaran dadanya, dan pahanya, lalu ia membalikkan badan, dan seluruh punggungnya di penuhi gambaran mempesona yang penuh warna, gambaran gambaran mengagumkan yang mustahil untukku ku cerna dalam pikiranku.
aku tidak bernah berpikir ia memiliki rahasia yang ia sembunyikan selama 17 tahun ini. dan aku menggila ketika menyadari betapa mulusnya hari hari itu, tanpa pernah melihat bagaimana badan Ayahku tanpa kaos.
yang ku ingat Ayah itu dulu sering memakai jas. aku hanya melihatnya pagi sebelum sekolah dan malam hari ketika ia masih memakai jas rapi.
hari hari libur kami.., ia selalu memakai kaos hitam. dan yeah mungkin itu sebabnya ia tidak pernah mengajak kami pergi berenang. itu sebabnya aku tidak bisa berenang.
itu sebabnya ia khawatir padaku, karena Mikhael adalah bentuk dirinya ketika ia muda. jadi ia tahu persis apa yang akan Mikhael lakukan pada seorang cewek di usia nya saat ini. atau yang akan  cowok lakukan di usia kami dalam belasan ini.
Jadi Mikhael itu refleksinya saat muda.

Air mataku pecah, dan aku langsung mendekap Ayahku dengan erat.

" Maafkan aku, Yah!" aku menangis dalam dekapannya. dan benar benar merasa sangat buruk, menghakiminya.

" Ayah menemukan Ibumu, ketika umur Ayah 29, dan itu sebuah perjalanan panjang untuk mencintai satu perempuan dan menikahinya." Ayah menarik wajahku yang masih berderai air mata.
" Bukan dalam belasan tahun sepertimu." wajah pilunya berusaha meyakinkanku kalau ini bukan waktu yang tepat untuk menyatakan kemilikan selamanya atas seseorang.

" Dimana kami masih menggali pengetahuan untuk mewujudkan mimpi." Ibu menambahkan, dan mengusap air mataku.

" Kau harus memberitahunya kenapa namanya Alaska Aurora Borelais." Ibu menatap mata Ayah, dan ia menggeleng ketakutan.
" sebagai pengingat untuknya..," Ibu menyentuh pundak ayah, seakan berusaha meyainkannya.
" itu akan menjadi pelajaran besar untuknya."
Dan aku terjebak dalam penasaran paling dalam.

" Katakan padaku, Yah!" mohonku.

Ayah masih terdiam, matanya menatap ke luar lewat jendela.
hujan deras mengguyur. Ayah benar benar ingin segera keluar dari momen ini. tapi ia terjebak.

" Saat itu Aku masih 20 tahun..," suaranya terdengar lirih. matanya tetuduk ke bawah, menimbang nimbang ingatan puluhan tahun lalu.
"dan summer saat itu menjadi sesuatu yang ku sukai. aku dan 6 orang cowok melakukan perjalanan ke Alaska, untuk menjelajah tepat itu. tapi kami bertemu travelers lain, robongan cewek yang benar benar keren saat melakukan pengambilan gambar Polar light."
" aku menyukai salah satu dari mereka. Namanya Halsey. Ia tinggi, mata birunya menarikku dalam ilusi , rambutnya yang menawan manari di bawah udara aurora. dan dalam beberapa minggu yang singkat kami berdua benar benar intens. Lalu aku dan teman temanku melanjutkan perjalanan ke Toronto pada akhir Agustus.  "
" Kau bisa menebak dua bulan kemudian seseorang mengirimiku email, dan mengakui kalau dirinya hamil. aku membacanya tapi menunggu 10 email lain untuk memberi respon yang masih ku sesali hingga kini."

" Aku tidak yakin kalau itu anakku."
" Halsey bermata biru yang mempesona itu tidak menyerah dan brusaha meyakinkanku. tapi aku kemudian memutuskan untuk mengganti email, dan membiarkan gadis itu merasakan ketakutannya sendirian. dan aku benar benar iblis."
jari jemarinya bergetar. ia menutup mata sedetik. dan berusaha membawa jiwanya naik.
" Aku hanya terlalu takut, kalau orangtuaku kecewa. mereka menghabiskan terlalu banyak uang untukku kulia di luar negeri. Dan yang paling dalam  dari semua itu, aku terlalu takut mengakuinya! yang bahkan akupun tahu kalau Halsey berkata jujur. aku hanya tidak ingin merusak masa depanku."
Aku bisa melihatnya dengan jelas kalau sebenarnya ia ingin mengakhiri cerita ini. Matanya mulai berkaca, dan ia menunduk.

" Berbulan bulan berlalu dengan normal, hingga salah satu dari temanku memberitahuku kalau Harsley meninggal ketika melahirkan, dan yang lebih menyakitkan adalah ketika keduanya bersama sama dipilih untuk mengisi surga."
Ayah menghela nafas panjang. dan tangannya bergerak mengusap air mata nya.
aku masih terkejut dengan semua hal yang terjadi hari ini. sekaligus menyadari tindakan berlebihan orangtuaku.

" Itu sebabnya namamu Alaska Aurora Borelais, aku ingin melihat kecantikaan tulus nya hidup dalam dirimu, sekaligus mengingatkanku kalau aku harus menjaga anak perempuanku. sedangkan karma karma itu mengantri di belakangnya." ayah mengelus rambutku dengan pilu. Ia hanya dihantui penyesalan, dan keadaan terburuknya ia mendapatkan anak perempuan, dimana ketakutan itu lebih mendominasi, mengambil alih seluruh ruang pikirannnya.

kini aku tahu.
dan aku bisa mengerti bagaimana pengalaman masa lalunya telah membuatnya beringkah berlebihan. untuk melindungiku. untuk kebaikanku. 

Aku masih berpikir kalau ada sebuah keajaiban di luar sana yang akan tetap membuat Mikhael dan aku bersama, sekaligus mewujudkan mimpi mimpiku.
tapi tidak ada.
kita selalu di haruskan memilih salah satu, dan sudah jelas aku harus mewujudkan mimpiku ke Alaska untuk membawa Mikhael kembali padaku.
dan untuk mewujudkan mimpi mimpi itu, Orangtua ku sebagai Malaikat Pelindung harus membuat keputusan besar menjauhkanku dari ilusi belasan tahun. dan itu keputusan bijak. sebagai wujud dukungan orangtua agar anaknya yang memiliki mimpi selangit ini bisa mewujudkannya.
dan para malaikat pelindung itu sebenarnya hanya ingin semua hal baik untuk anaknya, ketika kegagalan pengalamannya menjadi sesuatu yang selalu membayangi pikiran.

dan disinilah ujungnya.., mereka hanya memastikan kalau aku akan baik baik saja.

Share:

0 komentar