Sounds of Imagination 9
Urutan harapkan jauh mengantri dalam masa depan kami. Dinding kaca itu.., Menjulur semakin tinggi. Ah ini hanya sesaat. Aku mengingat kan diriku. Badai di tengah laut pun mampu melenyapkan semuanya. Tapi tidak selama nya.
tidak ada yang berbicara di meja makan. dan rasanya aneh. bahkan si kembar.
"Kau sudah tidak bersama nya lagi bukan?" Ayah memulai sesuatu yang tidak ku sukai. Aku tersedak. Makanan makanan di depan kami menerobos masuk entah dari mana hingga aku sudah merasa kenyang. Aku membisu tapi sudah tidak nafsu makan. " Alaska, kau sudah tidak bersama pembuk itu Kan? " Aku menatap nya sekilas, Dan melebarkan bibir. Takut. Aku tidak pernah membuat nya marah sepanjang hidup ku. Bila wajah nya berubah, biasanya aku mengakhiri. Mendengar nya berkata nyaring saja kadang aku sudah menangis. " Lalu kau tadi pulang naik bus Kan?" Aku tidak menjawab, lagi lagi. Aku hanya memutarkan sendok Dan garpu, hanya agar terlihat sibuk. Aku melirik Ibu, Dan ia menatap balik bingung. " Alaska, bisakah kau menjawab pertanyaan ayah dengan suara?" " dia bukan pemabuk seperti yang ayah pikirkan!" Ayah mendobrak meja,beberapa makanan bergeser. dan suasana berubah keruh. Aku tidak menyukai momen ini, si kembar pun terlihat panik, anak anak itu masih SMP. Dan ku pikir ini bukan sesuatu yang bisa kita tunjukan di meja makan. " Alaska, kau tidak pernah tahu kehidupan di luar sana. Pemabuk itu bisa saja menyakitimu." "ia tidak akan menyakiti ku, Yah!" aku berusaha meyakinkan nya. Tapi pupil matanya melepar. Aku bisa merasakan kalau ia benar benar marah. " Kau pikir kau mengenal nya dengan baik? Huh?" ia berteriak. " Alaska, kau hanya anak 17 tahun." " Kau tidak tahu apa apa soal kehidupan. " suaranya semakin membesar. ia bahkan menggerakkan tanganya.
" Sarah, lihat anak perempuanmu!" Ayah tertawa, lalu wajahnya terlihat panik.
aku melirik Ibu, ingin berlindung. dan ia seperti memberi ku kode untuk menyerah.
" Alaska, ayah tidak ingin melihat mu bersama nya lagi! " ia mengeja setiap kata. seakan ingin aku menyerapinya.
" dan kalian si kembar.., Andre dan Andri.., lain kali kalau ada orang asing yang membelikan kalian pizza atau makanan lain tidak usah menerimanya. apalagi si anak pespa pemabuk itu. kalian jangan sampai bergaul dengannya!"
ouh aku terlonjak. Mikhael berusaha mendekati adik adik ku juga? sepertinya aku mulai mengerti kenapa Ayah terlihat begitu geram. Keadaan canggung. Aku berusaha terlihat normal. Tapi jari jari ku bergetar. Seafood spaghetti kesukaan ku masih penuh. Tapi perut ini sudah di isi oleh kemarahan luar biasa tidak masuk akal. Garpu bergerak pelan. Dalam keadaan slow motion. Aku mengunyah nya tanpa tenaga entah mengapa. Sulit sekali membiarkan keadaan ini menjadi normal. " aku akan mengerjakan PR" dengan otomatis kata itu mengalir begitu saja. Ayah Dan ibu saling menatap. Dan aku buru buru bergerak. Oh neraka. Bawa aku lari. Aku membuka komputer. Semua kalimat "melarang" berkeliling di atas sana, tapi tidak ada satu pun yang dapat ku tangkap. semuanya menari bak lantai dansa telah di bentuk di kepalaku. Menjengkelkan. Suara suara aneh berkerumun. Dan aku benar benar depresi kali ini. Aku membuka ponsel. Dan aku menerima beberapa pesan dari Mikhael. " seperti nya sunset menunggu kita bermain perahu" Aku membacanya. Dan ia pasti sudah mendapat tanda itu. Tapi karena aku sendiri masih berkelut dengan pikiranku. Aku mengabaikan nya. Hah.. Hari hari ini semakin bahaya. Bagaimana bisa aku menerima Hal Hal sederhana seperti ini? Aku ingin pergi ke Alaska, okay! aku ingin menari bebas di bawah warna warni aurora yang menawan iu. aku ingin setiap warna mempesonanya menjadi salah satu bagian terindah hari hari menyebalkan ini, lalu cuaca dingin yang mencekram itu dapat menemaniku menari di dalam udara. Aku ingin bertemu dengan cowok bermata biru, berambut pirang, aku ingin bertemu jack downson ku. Berhentilah menyukai Mikhael. Dia itu anak kampung yang gila. " atau mungkin hujan!" Satu pesan yang lain. Beberapa detik kemudian. " atau tidak usah" Dan akhirnya. " bagaimana kalau sesuatu yang lain yang kau suka." "apa saja!" "aku akan ikut dengan mu" Oh pesan pesan itu menggila. Aku benar benar tidak bisa mengabaikan nya. " Kau bisa melukis sesuatu, untuk tato ku yang lain!" Okay. Okay. Dia itu aneh. Bagaimana bisa hal sesimpel itu membuat ku takut. Bila pada akhirnya aku menerima kehidupan kami yang seperti ini. Dan aku tidak akan pernah pergi ke Alaska. oh tidaaaaaaaak. tolong. warna warna aurora yang menari di ujung angkasa itu telah memburu ku setiap malam. terlalu lama. bagaimana bisa rencana rencana itu harus ku akhiri disini, bersama Mikael ? Oh aku menggila. Aku mematikan ponsel. Dan merebahkan badan. Hujan mengguyur deras di luar sana. Petir menyambar dimana mana. cahaya cahaya menakutkan berkerumun di dekat jendela. Aku menutup Mata. Sreek. Seperti nya satu menit yang lalu. Dan ternyata Mikhael di hadapan ku. Oh dia menyusup lagi ke kamar ku. astaga cowok bajingan ini. Ada ada saja yang membuatnya melakukan hal gila. " hey.. Ayah bisa membunuh mu!" aku buru buru duduk. Dan bibir Mikhael melebar. Aku panik. Aku berlari ke pintu hanya untuk memastikan ssudah terkunci. " Tidak ada yang terjaga hujan hujan seperti ini. atau ia sedang sibuk di bengkel." ia menaikan kedua pundak nya. Aku melebarkarkan bibir ku enggan. Dan kemudian ia duduk di lantai dekat tempat tidur ku. Oh Mikhael. Dia benar benar gila. " dengar..!" aku mendekati nya, Dan duduk di samping nya. " aku beragumen dengan ayah lagi. " Ia menoleh, dan menggelengkan kepala. "ini semua tentang aku?" aku mengangguk. " tempatnya cowok pemabuk!" " tapi bukan aku!"
" dan bertato!"
"oh c'mon, this is art!"
" aku tidak bisa membela mu. Ayah ku keras kepala. Ia terlalu jenius untuk menerima saranku" "lalu bagaimana?" Aku menatap nya sebentar. Jauh dalam pancaran cahaya di tengah matanya. Aku merasa senang. Menangkap nya dalam memori lama ingatan kami. Dalam hal hal di luar batas ku yang membuat kami menjadi kami sekarang.
"Bagini saja, jangan sampai ayah ku tahu!" Mikhael menghela nafas panjang.
"itu bukan sesuatu yang mudah!" matanya menatap keluar.
"tahun tahun panjang akan berganti. dan.."
"apa?"
" aku ingin mengajakmu keluar dari tempat ini suatu hari, pergi ke Alaska.. menari denganmu dibawah aurora. lalu membangun keluarga kita. atau menggunakan van keliling dunia seperti mimpimu. " bibirnya tersenyum otomatis. " untuk mnjadi pemburu aurora!" Mikhael menambahkan. Daya ingatnya selalu membuatku terkagum kagum. Bagaimana bisa aku menuduhnya berbohong? bila setiap kata yang ku keluarkan seperti telah di rekam olehnya. Lihatlah cowok belasan tahun ini, cowok mana yang akan memperlakukanku sebaik dirinya? seseorang yang akan lebih banyak mengingatkan mimpiku ketimbang sesuatu yang lain. Seorang Malaikat pelindung.
"tapi hanya atas izin ayah mu!" satu kalimat telah menutup semua yang ia pikirkan.
kedengarannya benar benar menyenangkan. Bahkan bayangan kedewasaan kami sudah berada di kepalaku. berada di Alaska bersama Mikhael dan membangun keluarga ? diantara polar light yang bersinar indah itu? bukankah itu hanya terdengar seperti omong kosong tidak masuk akal dari anak belasan tahun? bila orang lain yang berkata seperti ini mungkin aku akan langsung menamparnya. tapi ini Mikhael, cowok yang aku taksir sejak dulu, dan untuk melihat sisi kebohongan darinya adalah sesuatu yang mustahil!
"kalau begitu kau harus berusaha lebih keras." aku berusaha memberinya semangat lewat kalimat itu. dan hal itu berhasil membuatnya tertawa.
jadi kami membuat banyak rencana agar aku dan Mikhael masih tetap bahagia menjalankan hubungan ini. pertama aku akan kembali ke hari hari normal dimana aku harus bangun lebih awal setiap pagi, lalu menuggu bus sialan yang kembali menjadi rutinitasku. well di dalam bus menjadi bagian kesukaan ku, karena Mikhael akan naik bus setiap hari bersamaku. kedua aku harus terihat tidak peduli apapun yang ayah ceritakan tentang Mikhael atau apapun yang ia tanyakan tentang mikhael, dengan begitu ia akan berpikir kalau aku sudah Move on. ketiga aku selalu bertemu Mikhael setiap sore di danau hanya untuk berbagi kisah setiap sore atau hanya bermain perahu untuk berkeliling sekitar. dan yang ibuku tahu aku pergi berlari. karena itu sudah menjadi kebiasaanku dari sebelum aku mengena Mikhael.
aku sadar semua itu tidak akan membuat Ayah merubah pikirannya, tapi setidaknya aku keluar dari depresi.
dan Mikhael bukannya bajingan nakal. ia jauh lebih dewasa dariku. ia benar benar malaikat peilindung mimpiku, membuat rencana ABCDEFG untuk pergi ke Alaska. ia bukan anak remaja pada umumnya yang baru belajar menjadi nakal?! Mikael memiliki kedewasaan yang luar biasa, ia lebih banyak berpikir tentang bagaimana aku akan pergi ke Alaska dan sebagainya.
tapi aku???
oh aku sudah mabuk kasmaran. Mikhael satu satu nya yang berada di pikiranku dari aku bangun hinga ingin tidur. oh kedengarannya buruk sekali. Ia membuatku hampir mengutamakan dirinya dari pada cahaya cahaya indah itu.
minggu sore yang indah, well setiap sore adalah indah. seperti biasa aku memakai kaos pendek berwarna cerah, di padukan oleh celana olahraga diatas lutut berwarna hitam. aku mengikat inggi rambuku, dan berjalan ke danau. Mikhael sudah berada di atas perahu, dan perjalanan romantis di bawah matahari tenggelam dimulai.
" kau lihat pelangi itu ?" Mikhael memberi tahu dan mataku otomatis menatap ke atas langit. oh warna warna mungilnya melintas jauh.
" aku ingat saat aku SD, itu satu satu nya hal yang membuatku senang bila ada hujan!"
" kau tidak suka hujan?" Mikhal heran. dan aku menggeleng.
"apapun tentang air." Mikhael menaikan alis kirinya, dan kemudian ia berhenti mendayung perahu. " sejujurnya!" aku menambahkan.
" Kalau begitu kau .. biar aku tebak.. kau tidak bisa beranang kan ? " kami berdua tertawa. dan sudah jelas sekarang jawabannya.
"tapi kenapa ?"
" kau tidak tahu saja.. air.. maksudku hujan membuat orang lebih suka dirumah, internet berkurang(aku tidak bisa menulis sesuatu di blogku), jalanan becek, basah kuyup, kepalaku selalu pusing bila rambutku basah!"
"oh sempurna sekali!" Mikhael menyindir dan mulai kembali mendayung perahu.
"kau tahu aku pernah kehujanan saat PERSAMI di SMP, malamnya di api unggun aku tidak bisa menghafal dasa dharma! " Mikhael tertawa.
"memalukan sekali"
" para orangtua berada disana , termasuk ibu dan ayahku. aku bernar benar ingin menangis."
"hanya karena kau tidak bisa menghafal dasa dharma ?" sudah jelas ia tidak percaya itu.
"Kau tidak tahu bagaimana rasanya menjadi anak yang berperingkat 1 dari TK, dimana semua berekspetasi kau selalu lebih unggul dari yang lain. maksudku tentang perasaan orang tuaku yang sudah terlanjur bangga dengan ku dan kemudian aku mempermalukan mereka." kali ini Mikhael tertawa geli. benar benar menghiburnya.
" you're doing a great job." Mikhael menambahkan.
"aku tidak yakin kelulusan ini aku bisa mempertahankannya!"
"kenapa ? kau sudah tidak pernah berlajar gara gara aku ?"
"itu bukan intinya." aku melirikkan mataku ke kiri.
" lalu apa?"
" okay jadi memang benar aku sudah tidak terlalu peduli pada apapun itu, sepertinya!!! aku lebih banyak memikirkan mu, entah kenapa!akhir akhir ini.. aku merasa tidak siap untuk ujian kelulusan! aku seperti ingin tinggal pada masa ini, dimana kita masih berada di sekolah yang sama dan setidaknya aku melihatmu setiap hari, tapi setelah kululusan nanti aku lebih banyak memikirkan bagaimana kita akan bertemu dan menikmati hari hari indah seperti ini bila Ayah masih tidak menyukaimu!"
Mikhael benar benar berhenti mendayung sekarang. ia bahkan terdiam lama. terjebak dalam hening.
"aku mengenal ayahku dan itu bukan hal yang mudah!" aku menambahkan. dan wajah ceria Mikhael mengilang.
" tidakkah ini cukup bagimu?" tiba tiba ia berkata.
" Ku pikir kau sudah berhenti memikirkan itu, dan kita benar benar sudah bahagia karena keluar dari masalah itu."
aku mendadak tersinggung mendengarnya.
"bagaimana bisa ? kecuali bila kau tidak memikirkan jangka panjang hubungan ini."
" Aurora, kita sudah membahasnya! dan ku pikir sudah jelas!"
Mikhael mengakhiri pembicaraan kami, dan ia memutar balik perahu ke tepian.
" Aku tidak tahu, Mikey. Aku yang terlalu senang dengan keadaan ini atau bahkan nasib hubungan ini tidak pernah kau pikirkan selanjutnya!" suaraku kemudian meninggi.
" Kita sudah keluar dari masalah itu, Ok!"
" Tunngu, kau hanya ingin mengakiri pembicaraan ini dengan kalimat yang digantung seperti itu?"
Mikhael menggeleng tapi tetap mendayung.
" Mikhael..." ia mengalihkan pandangannya.
"Mikhael.." lagi lagi..
dan aku berdiri.
" Mikhael.." aku menyolot. Mikhael membuang dayung. lalu berdiri.
" Aku mengunjungi bengkel ayahmu setiap hari hanya untuk membujuknya, okay! you have no idea Aurora, dia selalu mengusirku." teriak Mikhael.
"and stupidly, aku melakukannya setiap hari!"
Mikhael terlihat marah, sedih, atau entahlah tangannya bergerak lunglai. dan perahu bergerak tak seimbang. Mikhael berusaha meraih tanganku. tapi aku tidak bisa menjaga kami tetap diatas, sampai akhirnya aku tercebur. byuur, aku bisa merasakan tubuhku basah. dan aku panik. aku tetap menggerakan badanku bagaimanapun itu, karena aku sendiri tidak pernah lulus kelas berenang, tapi aku tahu aku hanya harus menggerakkan kakiku.
" Mikhael!" air mulai masuk ke mulutku. rasaya semakin sulit.
" Mikhael!" sekali lagi aku memanggilnya, dan aku hampir putus asa. air mulai menelan habis tubuhku. besarnya perahu membuatku sulit mencari Mikhael. aku berusaha meraih perahu namun terlihat terlalu tinggi.
" Mikhael, aku mati!"
aku menutup mata dalam ketakutan yang gelap.
dan aku merasakan tanganku di tarik..
dan disinila aku, udara mulai memasuki tubuhku kembali. dan aku berada di gendongan Mikhael.
kami berada pada tepian..,
"Aurora..," tangan Mikhael berada di pipku.
pupilnya memerah, kerutan kerutan pada dahinya benar benar lucu. aku tidak pernah melihatnya ketakutan seperti itu.dan aku tertawa.
dan Mikhael menghela nafas panjang.
" Lain kali kita duduk saja di samping tempat tidurmu!"
Tags:
Melodi Tersembunyi
Ngambar
0 komentar