c | Mysterious paper | Journey To Northen Light

Mysterious paper


Aku tidak tahu berapa malam yang berlalu sejak pertemuan terakhir ku dengan Arka, tapi berita terbaru mengatakan Arka sudah menjadi sarjana, dan mimpinya pun terwujud untuk membantu anak-anak merawat gigi.

πŸ˜„πŸ˜‡πŸ™Œ
I'm so grateful

Finally, mimpiku yang lain terwujud.
Bila saja Adana tidak pernah muncul dalam hidup ku mungkin aku tidak akan bisa berjalan sejauh ini, memilah-milah beberapa hal yang berjalan di luar batas pikiran ku, dalam bentuk rasa syukur dalam kata "at least..,"

Aku mengubur mimpiku, at least mimpiku yang lain sudah terwujud; Arka's dream comes true.

Adana berjalan ke arahku, OuhπŸ™ŒπŸ™ŒπŸ™Œ dia 19 bulan, sudah bisa melakukan banyak hal. Rasanya waktu berjalan terlalu cepat bersamanya. Aku ingat sekali ketika ia terbangun setiap tengah malam , dan ia hanya bisa melihat ke atas sembari menggerakkan tangan dan kakinya.
Ia terjebak di tempat itu, tak tahu apa yang ia pikirkan, tapi aku disana, bercerita tentang petualangan gilaku bersama Arka. Atau hanya sekedar memperhatikan setiap gerakan tangannya.

Adam mengecup bibirku sebentar, Lalu meninggalkan dapur untuk pergi bekerja.
Lalu aku duduk di sofa menemani Adana yang sudah mulai menyukai alat lukis yang diajarkan Vaad.

β€œ Arzalea..” panggil Adam tiba-tiba setelah beberapa menit berlalu, tadinya ku pikir ia sudah berangkat.
Akupun meninggalkan Adana, Menghampiri Adam di ruang tamu.

β€œ Ada apa, sayang?”

β€œ Kamu dapat kiriman!” katanya menunjuk sebuah kerdus besar didepan pintu. Aku tak mampu menebak isinya. Sisi-sisinya tak memiliki gambar maupun tulisan.

β€œ Untukku?” aku kaget. Adam mengangkat kedua pundaknya sesaat.
β€œsiapa yang mengirim?” Akupun mendekati kerdus tersebut.

β€œ buka saja ketika aku sudah tidak dirumah!” nadanya terdengar sinis. Lalu aku mengerti sesuatu. β€œ Jangan bilang kau yang mengirimnya.” Adam tersenyum kecut.

β€œ Eh.. aku pinjam ponselmu! Ponselku kehabisan baterai. Aku perlu bicara sama Ibu.” Aku mengangguk, Lalu ke kamar mencarikannya ponselku. Setelah itu buru-buru ke ruang tamu, menyerahkan ponselku.. juga sudah tak sabar membuka isi kerdus pemberiannya.

β€œ kalau begitu aku pergi dulu..” Pamit nya kemudian. Dan berjalan meninggalkan ku begitu saja. Wait what? Are you kidding me?
Itu bukan Adam?! biasaannya  ia mencium ku sebelum pergi, tidak peduli ia bolak- balik sepuluh kali melupakan sesuatu.
Alright whatever, mungkin dia buru-buru. Lagi pula aku sudah penasaran dengan isi kerdus ini. πŸ“¦

Unbelievable
πŸ“—πŸ“˜πŸ“™πŸ“šπŸ“”πŸ“’πŸ“‘πŸ““πŸ“–
Isinya tumpukan buku.
Ku perhatikan buku paling atas, dan itu buku dongeng karya Dr. Seuss.
Ku ambil buku tersebut dna memeriksa di bawah nya, dan terus menerus seperti itu sampai 4 buku lalu aku mendapati kesimpulan kalau buku-buku ini buku untuk anak-anak.
Oh AdamπŸ˜„πŸ˜‡πŸ˜

ku ambil beberapa buku untuk ku pindahkan ke kamar, tapi tiba-tiba aku menemukan secarik kertas diantara buku itu. Karena aku penasaran, aku kembali meletakkan buku tersebut di kardus, dan membuka kertas itu. Ouh 😱😱😱 tulisan tangan nya mengingatkan ku pada Arka. Padahal jelas-jelas Adam yang mengirim buku ini.

β€œ Data statistik UNESCO pada tahun 2012 menyebutkan indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Bangunlah perpustakaan! Buat mereka menyukai membaca seperti mimpimu.”

Arka?!😟
Ini seharusnya dari Arka?
Tapi Adam?
Tunggu, Arzalea.., ini dari suamimu! Bukan Arka, Stop thinking of him!.
Tapi darimana Adam mengetahui mimpi yang sudah ku kubur itu?

Seharian.., aku berharap waktu segera menampakan senja. Tapi tetap saja waktu berjalan normal, dan aku terpenjara dalam penasaran ku.

17.00
Seharusnya Adam sudah dirumah, tapi tidak.

18.00
Aku menelpon nomer Adam lewat telpon rumah, nomornya aktif tapi tidak ada jawaban.
Aku pun menelpon nomerku, tapi tidak aktif.

19.00
Aku berusaha meleburkan pemikiran jelek ku dengan membacakan buku untuk Adana. Dia suka bukunya, apalagi warna-warni pada gambar nya.
Entah mengapa aku teringat Arka, sudah sangat lama aku tidak mendengar suaranya. Kami sudah tidak terlalu berkomunikasi. Kadang sms ku malah tidak di balas, padahal cuma menanyakan kabar. Tapi aku bisa mengerti kesibukannya sekarang.

Ugh sudahlah..,

"Mum, malaikat itu apa?"
Suara mungil Adana menelusuri gendang telingaku. Aku tersenyum, tapi malah langsung teringat buku buatan Vaad tentang aku dan Arka.

Aku segera mengambil buku itu dan menunjukan pada Adana.

"Malaikat pelindung"
Adana berusaha mengambil alih buku itu, apalagi ketika melihat gambarnya, tapi aku menjauhkan buku tersebut dari nya, hanya karena aku takut dia akan merusak.

β€œ Mum..” keluhnya, wajah nya sudah cemberut.

"Biarkan Mum membacakan nya untuk mu!"

"Enggak mau!" Adana menggeleng dan duduk di perutku.

"Kan kamu belum bisa membaca!" Aku mengelus rambutnya dengan tangan diriku.

"Hey..hey.. apa yang kalian rebutan?!" Suara Adam membuat ku menoleh ke pintu, ia baru saja menutup nya, lalu berjalan ke arah kami. Tapi aku langsung bisa melihat perubahan besar pada Adam, baju nya yang biasanya tapi, kali ini terlihat lusuh, bahkan kancingnya banyak yang terbuka. Belum lagi rambutnya yang acak-acakan, rasanya dia bukan Adam?!

Adana langsung berdiri.
"Daddy" katanya dengan wajah ceria.
Adam buru-buru menggendong Adana yang sudah melebarkan tangannya. Sedangkan Aku menyibukkan diri menyimpan buku Malaikat Pelindung di laci lampu duduk.

" kalian udah makan?” tanya Adam mulai sibuk dengan Adana.

"aku menunggumu.. tapi Adana sudah!”

β€œ Oh ya.. Maafkan aku! Aku bertemu klien secara mendadak. Dia orang yang suka mengobrol, jadi.. waktu berlalu begitu saja tanpa sempat ku tengok jam.” Jelasnya.
Aku mengangguk, menerima alasannya.
Lalu melepaskan suspendersnya. Setelah itu mencium pipinya.

β€œ mandilah..” perintahku.
Adam berpamitan pada Adana, dan aku langsung ke lemari menyiapkan baju tidur nya.

Kemudian aku merebahkan badan ku di samping Adana, ku kira ia akan segera tidur but dia malah menanyakan buku, ku ambil secara acak dari buku-buku pemberian Adam, dan Adana sibuk dengan buku itu. Tapi hanya beberapa detik ia bosan, kemudian menatap langit langit kamar. Dan bertanya tanya mengenai sosok malaikat pelindung.
"Tutup matamu, dan tidurlah. Kau akan melihat malaikat pelindung dalam mimpik mu!" Adana menatapku. Dan mengangguk. Kemudian menutup mata.

Setelah Adam selesai dan memakai baju tidur nya, ia merebahkan badannya di samping Adana.  Lallu menciumi pipinya dan membangunkan malaikat ku. Ugh Adam. Karena aku kesal aku pun mengangkat Adana menompang dadaku. Adampun memiringkan kepalanya ke pundakku. Lalu sesekali mengecup pipiku. Sisi baiknya ia tak menganggu Adana, dan Adana tertidur pulas.

β€œ dia terlihat lelah sekali!" Aku mengelus rambut ikal nya. "Hari ini Lily mengajarinya memainkan piano bersama Haytham.” Ceritaku.

β€œ sungguh? Kau ingin dia menjadi apa?” tanya Adam mengingatkanku akan mimpiku yang ia ketahui. Lalu akupun menoleh Adam. Memandang mata indahnya yang cukup mempesona. Aku sadar ia tak akan pernah menjadi Arka. Setidaknya tugasku harus terpenuhi untuk mencintai suamiku.

" Terimaksih untuk kadonya, itu kado terbaik.” Adam tak terlihat bahagia.

β€œ sungguh? Apa isinya?” ia malah terlihat penasaran seakan tak tahu menahu mengenai yang ku katakan.

" Buku dongeng anak-anak.” Meski pertanyaannya ganjil, namun respon otakku ingin menjawab cukup besar.

"Aku harus jujur, itu berlebihan Adam?! Aku tahu harga buku semacam itu di atas 300. Dan ini bukan hanya tentang pemborosan, tapi kamu pun tahu Adana belum bisa membaca!!!”
Adam terdiam, entah apa yang ada di pikirannya. Tapi sepertinya tidak disini.
Lalu mendadak ia mengangguk dengan terpaksa, sedetik kemudian pandangannya berpaling.

β€œ Bagaimana kau tahu? ”

β€œ tentang apa?”

β€œ mim-piku..” nampaknya ia seperti orang yang tak ada hubungannya sama sekali dengan yang ku bahas. 

β€œ Bagaimana kau mengetahui mimpiku?”  Adam tak menjawab. Pandangannya was-was. Mendadak kepalanya bergerak, menggeleng.

β€œ aku suamimu.. seharunya aku tahu banyak hal tentang dirimu.” Gumamnya menyesal. Aku mengangguk lalu mengelus pipinya yang di lapisi jenggot tipis. Sepertinya ia baru belajar sesuatu tentang sebuah hubungan hari ini. Barangkali itulah penyebab keganjilan sikapnya dari tadi pagi.
Adam menangkap tanganku. Lalu mengecup bibirku dengan ganas. Nyaris melupakan Adana yang masih menompang didadaku. Tapi akhirnya iapun tersadar.

β€œ Sejujurnya pria seperti apa yang kau sukai?” Ia terlihat aneh. Tak biasanya ia menanyakan hal semacam itu. 
β€œ ya.. aku baru berpikir bahwa sebenarnya kau berusaha mengerti aku. β€”menghargai apapun pilihanku.” Lanjut Adam ketika mendapati beberapa dugaan lewat pandangan mataku yang terherna-heran.
β€œ Namun sungguh aku ingin tahu pria seperti apa yang sebenarnya kau inginkan? Aku ingin menjadi pria sepertinya.” Jelas Adam membuatku setengah tertawa.

Bila dia bukan suamiku, pasti aku sudah langsung menyebutkan nama Arka. Tapi bagaimana mungkin aku masih menyukai Arka, sedangkan kini aku sudah merasa bahagia bersama Adam dan Adana. Seharusnya ini kehidupan yang sempurna; Aku mendapatkan pria tampan dengan jenggot tipis, seorang yang tak pernah menghitung berapapun pengeluaranku, dan akan melakukan apapun demi diriku meski tak pernah berkata mencintaiku.

β€œ kau sudah cukup!” jawabku singkat. Namun Adam menggeleng.

β€œ Aku serius.” Katanya pernuh permohonanan.

β€œ Aku tidak berbohong. Kau sudah cukup untukku.” Sekali lagi tatapan Adam tidak meyakinkan.
"Ayolah Adam.. bawa Adana ke tempat tidurnya, dan biarkan aku menciummu.” Keluh ku membuatnya setengah tertawa.

Lalu iapun mengangkat Adana dengan pelan dari dadaku, menggendongnya sampai ke ranjang tidurnya yang tak jauh dari tempat tidur kami. Lalu setelah itu Adampun kembali mendekatiku. Merebahkan badannya disampingku.

β€œ Katakan padaku hal-hal yang tidak kau sukai dariku? Karena aku akan merubahnya..”
Okay so that's weird, I mean sebelumnya kami tidak pernah membicarakan hal semacam itu, sama sekali.

β€œ aku suka semuanya tentang kamu..” kali ini aku jujur. Kebanyakan kami memiliki kesamaan. Salah satunya tentang kerapian dan kebersihan. Kehidupan kamipun teratur dari bangun pagi hingga tidur. Adam bertolak belaka dari Arka yang memiliki kamar super berantakan β€”lalu mengurungku dikamarnya berjam-jam, hanya untuk merapikan barang-barangnya yang tersebar diseluruh pojokkan kamar. Hidup Arkapun tak terlalu teratur, meski ia memiliki mimpi indah. Arka mengyia-nyiakan waktunya dengan hal-hal yang ia sukai. Bukan dengan hal-hal yang harusnya ia lakukan.

Aku bersumpah Adam orang yang begitu sempurna. Hanya saja.. sulit bagi hatiku menggeser Arka.  Barangkali perasaan itu begitu kuat dengan alasan aku sudah terbiasa bersama Arka. Tapi bilapun hal itu benar, seharunya kali ini memudar, aku bahkan sudah tak bertemu Arka hampir dua tahun, namun ketika ia kembali dihadapanku, rasanya perasaanku semakin bergelora. Apa mungkin itu hanya efek kebersamaan kami yang berlebihan? atau karna aku sudah tahu persis siapa Arka.

β€œ bagaimana dengan gayaku?” Adam melanjutkan pertanyaannya.

β€œ unik.”

β€œ jelaskan yang dimaksud unik?” matanya terlihat kesal.

β€œ Jarang ada orang yang menyukai hal-hal zaman dahulu. Dan kaupun tidak meninggalkan pengetahuan zaman sekarang.” Senyumnyapun merekah. Tapi ia hanya terdiam setelah itu. Entah apa yang ia pikirkan, pandangannya kosong. Lalu akupun menempelkan bibirku ke bibirnya. Itu bukan ciuman yang didasari cinta, Melainkan kebutuhan akut yang ku rasakan ketika teringat Arka. Aku tak mau lagi mencintai Arka, aku ingin mencintai Adam. Namun hatiku sulit membuat kesepakatan tersebut. Hingga setiap kali aku teringat Arka, akupun menempelkkan bibirku pada Adam, lalu berharap dapat melupakan Arka secepat mungkin. Dan kali ini usaha itupun gagal.. aku terhenti mendadak ketika menyadari Adam tak bergairah. Ku kira sesuatu telah terjadi padanya.

β€œ apa yang terjadi?” tanyaku bingung. Adam memandangku begitu tajam, barangkali berusaha menerawang hal-hal yang sulit ia mengerti. Lalu iapun menggeleng, kembali menempelkan bibirnya ke bibirku. Kali ini ia melumatnya dengan ganas.

Hanya beberapa detik ponselnya berbunyi, hal itupun mengingatkanku akan ponselku yang ia pinjam.

β€œ Ya.. ya.. aku akan menelponmu lagi nanti!” Kata Adam sembari menutup ponselnya. Aku yang masih berada diatas dadanyapun menatap heran.

β€œ Dimana ponselku?”  Mendadak matanya terbelalak.

β€œ Uhmm.. ya..!” matanya terlihat berat memandangku. β€œ maafkan aku, tadi ponselmu terjatuh dijalan, lalu terlindas mobil. Tapi aku janji padamu akan membelikan yang baru.” Ah Adam. Aku kesal sekali mendengarnya. Itu berarti akan sulit menghubungi Arka maupun Vim.

β€œkau bisa hidup tanpa ponselmu kan?” tanyanya aneh. Adam tahu persis aku hanya menggunakan ponsel seperlunya. Lalu apa yang salah dengannya hari ini? Kenapa ia bertingkah bak baru melihat sesuatu yang dahyat menyangkut diriku? Sebut saja Malaikat mautku yang bercerita padanya kapan nyawaku akan dicabut atau bagaimana prosesnya.
😡😡😡
Aku bersumpah ia benar-benar berbeda hari ini.

β€œ Aku tidak bisa hidup tanpa Adana.”

β€œ kenapa Adana? Seharunya kau tidak bisa hidup tanpa suamimu!” suaranya terdengar kesal menarik tawaku muncul.

β€œ Kau meninggalkan kami setiap hari untuk bekerja? Bila aku berkata tidak bisa hidup tanpamu, aku akan benar-benar jadi pembohong!” ku respon ucapannya masih dalam tawa yang sama, membuat Adam memandangku penuh pemikiran. Entah bagaimana otaknya memutarkan ucapanku. Pandangannya melayang, seakan teringat sesuatu.

β€œ hei.., tentu saja kau berarti untukku.”
Aku mendekat, lalu kening kami menempel. Ku lihat matanya masih berpaling, seakan belum mendapati kesepakatan tentang apa yang kami bicarakan. Dan aku pun mulai memberi jarak, berniat memperjelas hal yang mengabaikannya perasaannya hari ini? Tapi ia menarik kepalaku sampai menyentuh keningnya lagi.
Dan sekarang dia mendapati kesepakatan untuk terfokus padaku.

Share:

0 komentar