c | Fools Gold | Journey To Northen Light

Fools Gold

Dan mereka yang berdiri di ujung lentera itu menatapku enggan dalam pandangan paling rendah..,
Mataku menunduk, tapi tetap berjalan. Aku hanya ingin segera berlalu dari setengah penyiksaan secara tidak langsung ini.
Tapi akupun tahu, semakin cepat langkah ku berlalu, penghakiman buatan itu membuntuti ku semakin jelas.

Aku memikirkan Arka, lagi&lagi.
Warna warni nya yang penuh pancaran harapan selalu menarik ku berdiri. Aku mencintainya. Aku tahu. Aku tidak bisa bersamanya. Aku tahu.
Ouh sial! Dari semua pemikiran itu aku seperti nya tahu semua hal. Aku tahu dan aku tahu. Tapi bukankah sebenarnya hidup itu penuh kejutan?! Yeah.., aku pun tahu. Sayang sekali,
Lagi lagi aku tahu semuanya.
Tapi hatiku tidak berjalan selurus itu. Aku sendiri tidak tahu kalau pilihan yang sudah ku putuskan ini adalah kebenaran. Tapi setidaknya aku tahu, ini salah satu jalan yang bisa sedikit mengangkat beban orang yang ku sayangi.

“ Arzalea.. Arzalea..” panggil Mum membangunkan lamunanku yang konyol. Lalu ia mendekati ku yang masih berbaring di tempat tidur.

“ Ayo makan.. masakannya nanti dingin!” ajak nya. Aku tersenyum kecil, lalu memandang wajah malaikat nya yang mulai lelah. Ia menatapku beberapa saat, lalu berpaling buru-buru, —menghindar.

“ Mum..” panggilku. Lalu mengejarnya keluar. Ia tetap berjalan, dan aku memanggilnya sekali lagi.

“ Vaad?” tebaknya sembari menoleh ke belakang.“ Dia sedang makan dibawah bersama Virgi.” Aku menggeleng karna tebakannya keliru.

“ Hmm..” Sulit sekali untuk memulai. Lalu aku menggeleng. Sepertinya dua faktor yang mempengaruhi. Hatiku berkata tidak, pikiranku berkata iya.
Aku menghela nafas, bersiap. 

“Nikahkan aku, Mum.” Akhirnya dapat ku ungkapkan jua kesepakatan tanpa pilihan tersebut. Namun Mum malah menatapku lama, menyelami pikiranku. Aku melebarkan bibir, menutupi kebenaran. Dan dia menggeleng.

“Kau masih memiliki waktu, sayang!” ia bergerak mendekat. "pikirkan lagi!" Lanjutnya.

“ Aku tak ingin Adam menungguku terlalu lama." Aku bohong, dan Mum tahu, sudah jelas dari suara dengusannya.
"Tidak apa-apa, Mum. Aku setuju menikah dengannya. Hanya bila ia mau memenuhi syarat-syarat yang ku ajukan!" Mata Mum melebar, sebagian kerutan wajahnya menunjukan betapa bingung nya ia kini.
Yeah.. syarat-syarat kesepakatan yang otakku buat akan terdengar aneh, atau barangkali akan menghasilkan julukan baru untukku. Dalam arti yang tidak baik. Tapi aku tidak peduli. Syarat itu lebih penting dari apa yang akan terjadi nantinya padaku.

“jangan bertingkah bodoh!” suaranya terdengar tegas.

“Aku sudah memutuskan.” Sahutku tidak yakin. Bagaimanapun Arka masih hidup dalam benakku. Rasanya seberapa banyakpun lembaran kosong yang ku buka, tetap saja tertulis nama Arka. Karna aku hanya memiliki buku lembaran Arka, yang sudah ia tuliskan namanya dalam setiap lembar. Tapi.. bila Adam menikahiku, Aku akan berusaha menuliskan nama Adam dalam setiap lembarnya, hingga nama Arka terkubur oleh huruf-huruf yang menyatukan nama Adam.

Suasana hening beberapa saat. Senyap sekali. Pandangan tajam Mum ketemukan hatiku, aku hanya bisa memandangnya diam diam dan bersembunyi.

“ Bila kau tidak ingin menikahinya tidak masalah! kita bisa memberi alasan!” suaraku memohon. Aliran darahku terlonjak.
Mum berubah pikiran?!
Kenapa?
Bukankah dia ingin aku cepat menikah?
Aku memandang mata coklatnya yang mulai bergerak bersembunyi. Aku tahu ia hanya ingin kebahagiaanku. Dan sekarang ia baru melihat pemaksaan yang berbicara didepan nya. Ia berusaha menghentikan derita yang ia lihat. Tapi tidak boleh, tekatku sudah bulat.
Semua yang di awali dengan kesalahan akan berjalan salah.
Aku tahu
Tapi bagaimana bila aku bisa memperbaiki kesalahan itu? Aku bisa berharap berakhir baik bukan?!

"Tapi bagaimana bisa?" Suara Mum nyaris tak terdengar.

"Lea..," mohon nya.

Aku menunduk dan berpikir bagaimana cara menjelaskan padanya.
Aku sendiri bingung kenapa aku memutuskan hal yang bahkan sudah bisa ku tebak bagaimana semua itu berjalan tidak baik pada posisiku.
Aku hanya..,
Hah Tuhan, aku tidak bisa. Aku tidak mampu melihatnya sendirian memikul beban, aku bahkan tidak peduli apapun itu yang akan aku hadapi nantinya. Aku hanya ingin membantu Mum. Hanya itu.
Selama ini, Mum tahu segala yang ku rasakan. Dia memahami segala yang ku pikirkan. Tapi hanya kali ini.. hanya sekali ini saja.. sepertinya ia mengubur pemahaman itu dengan harapan putrinya bisa hidup bahagia tanpa bekerja memikirkan hutang ayahnya lagi. Itulah yang ia pikirkan. Aku berani menjamin ia tak memikirkan Adam akan membayarkan hutang Ayah. Satu-satunya yang ia pikirkan adalah kebahagiaan masa depanku. 

“ Aku akan menikahinya.” jawabku terputus-putus dalam perkata. Tapi Mum merespon dengan gelengan. Ia tahu persis perasaanku.

“ Dengarkan aku, Mum! Aku akan menikahinya! Dia kaya, aku yakin hidupku akan terjamin nantinya, jadi.. Mum tidak usah memikrikan siapa yang mau menikahiku lagi! Itu berarti aku tak akan menjadi bunga layu.” kata berhamburan dalam pikiranku. Aku sendiri tidak tahu apa yang ki kaya kan. Aku hanya ingin menenangkan Mum.
Tapi ia tidak berhenti menatapku hanya ingin memastikan sesuatu yang tidak dapat ku tebak.
Ku sentuh pipinya. Sesekali merapikan rambut bergelombangnya yang nyaris menutupi mata. “ Aku yakin..” Aku tak yakin sama sekali. “ Aku akan mencintainya dengan berjalannya waktu.” aku melebarkan bibir tanpa tersenyum. Mum sendiri was-was menatapku.
Aku pun tahu ada beberapa bagian yang tidak bisa digantikan oleh orang lain. Tapi aku masih berharap Adam bisa membersihkan bagian itu untuk di isi olehnya.

Cahaya benderang itu berganti pekat, aku tersadar gelap menyamarkan segalanya. Tapi akupun tahu, lebih mudah mengetahui cahaya di tempat gelap dibanding terang.


Share:

0 komentar