AdanA
Ini hari paling aneh dari 9 bulan hari aneh yang ku jalani setelah Adam menanamkan benihnya padaku. Rasanya sakit.. dokter kandungan memintaku mendorong.. beberapa detik kemudian memintaku mengatur nafas. Entah mengapa sulit sekali mengeluarkannya..
sakit.. sakit.. sakit..
akupun mengeluarkan suara berupa teriakan setiap kali merasakan kesakitan itu. Beruntung Adam tak pernah melepaskan genggaman tangannya, setidaknya ada seseorang yang berada disampingku ketika kesakitan itu melonjak.
Dan setelah berpuluh-puluh teriakan ku ucapkan, keringat-keringat sebiji jagung keluar dari tubuhku.. terdengarlah suara tangisan Adam kecil.., πΌ
Aku penasaran oleh sosok yang membebaniku berbulan-bulan itu. Tapi aku yakin, satu-satunya yang melebihi penasaranku βyang paling bahagia ketika mendengar suara khas tangisan makhluk baru lahir itu; Adam. Pasti Adam.πΌπΆπ»πΉπ·πΊπΈπ€
Tak lama.. dokter Nurul yang tengah menggendong bayi Adampun mendekatiku. Aku mengalihkan pandanganku ke foto-fotoku bersama Arka. π
Seharusnya Arka yang menggegam tanganku ketika aku ketakutan akan berhadapan oleh seorang manusia yang baru lahir itu.., membayangkannya saja aku sudah ngeri.
Dia lahir lalu akan belajar merangkak, berjalan, berbicara, setelah itu bertindak sesuka hati.
Dan mungkin akan menjadi menyebalkan.π§π§π§
Seharunya Arka yang ada disampingku, menenangkan pikiran ku yang dasarnya memang lebih banyak berpikir.
Seharusnya Arka Ayah biologis bayi yang baru saja ku lahirkan.
Seharunya hidupku berjalan sepenuhnya dengan Arka.
Seharusnya.π©π©π©
Tapi kenyatannya bukan Arka yang berada disampingku, yang menggengam tanganku disaat paling menegangkan dalam hidupku,
aku tak memiliki kesempatan itu.
βhei.. dia ingin memeluk Ibunya.β Adam berbisik. Perlahan mataku otomatis melirik ke arah dokter Nurul yang sudah disampingku.
Aku menatapnya ragu, lalu beralih ke bayi Adam. Mereka tersenyum dan berharap aku bergerak lebih cepat. Tapi aku malah takut.., entah oleh sebab apa. Aku sendiri tidak tahu.
DOkter Nurul beralih lebih cepat dari tempatnya, otomatis aku terpaksa menerima bayi Adam yang mulai ia angkat pelan ke arah dadaku.
Aku mengalihkan pandangan ku.
"Lihat, dia mirip dengan mu!" Suara pelan Adam menarik kepalaku memperhatikan bayinya.
Dan..,
Stttt.. entah apa yang terjadi pada hatiku. Sesuatu yang dahsyat menyelinap masuk, dan memperbaiki beberapa sistem yang hancur.
Ouh, dia bukan hanya sekedar bayi. Mata mungilnya yang bergerak pelan βmencoba penyesuaian. Bibir nya yang bersih, kulit nya yang putih kemerahan , oh wajah malaikat nya.., yeah, aku bersumpah dia adalah sesuatu lebih manjur dari obat.
Arka.., aku tiba-tiba membaca wajah malaikat nya seperti Arka.
Ia menggelengkan kepalanya lembut. Lalu tiba-tiba bergerak tak nyaman mendapati suasana keras dunia. Dan sesuatu mendorong kata yang ku tumpuk dengan bayangan indah ku bersama Arka.
β Adana..β aku berkata dengan yakin.
Hahπ± tiba-tiba aku memanggilnya dengan penuh kasih sayang. Lalu akupun teringat, bahwa nama tersebut sudah Arka siapkan untuk nama anak kami.
β Kau adalah Adana.β Lanjutku.
Air mata berkumpul di pelupuk. Tetes demi tetes terjatuh.
Aku tidak mengerti! Padahal aku bahagia.ππ
Arka is right! She is so beautiful. U can see him in her's angel face.
Aku menunduk pelan dan mengecup pipi halusnya. Lalu tangan mungilnya. Menyentuh jari-jarinya. Aku tidak bisa berhenti mengecup seluruh tubuhnya. Rasanya aku begitu bersyukur memilikinya.
Dan Adana kemudian menangis , Ouh mungkin aku keterlaluan menciumnya, tapi dokter Nurul hanya bilang ia haus. Dan akupun memulai tugasku sebagai seseorang yang membuatnya ada di dunia.
ADANA GIVANNY
Kami menamai Adana dengan kesepakatan. Adam lebih banyak memberi ku wewenang untuk memutuskan beberapa hal. Menurutku , bila saja aku tidak bertemu Arka.., sebut saja bila aku hidup di kehidupan lain, lalu sangat mencintai seorang pria selain Arka, ku pikir hanya perlu waktu sebulan aku sudah bis menggantikannya .., seutuhnya dengan Adam.
He knows how to treat a girl.πππ
Tapi karena aku bertemu Arka lebih dulu, dan bagiku Arka adalah orang tersempurna, dan orang yang paling tidak peka di dunia.
Akan sangat sulit hanya sekedar melupakan senyumnya.
Tapi aku tidak menyesali apapun.
Aku hanya mencoba menjadi apa yang seharusnya.
Sejak kedatangan Adana hari-hariku semakin aneh. Tapi dibalik keganjilan duniaku yang berjalan. Aku merasa benar-benar bersyukur memilikinya. Meski nyaris setiap malam aku terbangun menyusuinya. Mendengarkan isakan tangisannya, atau bahkan terkadang memandangi gerakanan tangannya yang tak beraturan ketika ia tidak bisa tidur.
Tapi aku bahagia.πππ
Seumur hidup aku baru kali ini
merasa bahagia ketika lelah.πππ
Aku tidak mempercayakan nya pada siapapun, aku menangani sendiri semua tentang Adanya. (Memang seharusnya begitu bukan?!)
Ouh yeah tidak juga, aku lebih banyak meminta tolong pada Mum saat aku tidak tahu bagaimana mengurus anak bayi.
Tapi tidak ada satu pun yang ku percaya selain dirinya. Tidak baby sister maupun Mawar.
Well, itu salah satu cerita lucu, Mawar membawa baby sister ke rumah ku, lalu merapikan peralatan Adana, dan dia bilang padaku untuk melakukan apapun yang aku mau, dan dia akan membawa Adana ke rumahnya, lalu di sana akan ada seorang baby sister yang merawatnya. Tentu saja tanduk ku langsung muncul.πππ Aku hanya bilang dengan tegas "aku ibunya!" Dna sejak saat itu ia tidak terlalu mengunjungi Adana, bahkan hampir tidak pernah.
Aku ibu nya. Aku bertanggung jawab sepenuhnya tentang apapun yang terjadi padanya.
Ia hanya makhluk mungil yang tak berdaya.
Ia belum bisa memilih ingin ini atau itu. Yang ia tahu hanya.., ikut.
Kesibukanku hanya Adana. Setiap detik, setiap ku hirup udara, setiap ku sadari aku masih hidup, hanya dialah.
Kini.. dia sudah 7 bulan.. entah bagaimana seluruh rangkaian saat ketika perjalanan melintas. Aku sudah tak merasakannya lagi. Hari-hari berlalu begitu saja, bulan-bulan datang dari tanggal 1 lalu dalam waktu singkat berada di tanggal 31. Aku setengah bahagia, berarti begitu banyak hari yang ku lewatkan dengan kesenangan. Meski disisi lainnya ku sesali beberapa waktu yang tak sempat ku manfaatkan dengan baik.
Tak lama lagi Arka akan pulang, Barangkali kurang dari dua bulan untuk bisa sampai dua tahun. Dan ketika Arka pulang aku tak dapat membayangkan ekspresinya melihatku menjadi bukan diriku. π©π©π©
Ku pikirkan tentang Arka sepanjang jalan, sepanjang ku dorong kereta Adana ketika mengajaknya melintasi beberapa tempat kesukaanku.
Toko Pakaian, Toko sepatu, Sol sepatu, toko berlian, dan salon..
Ku ceritakan pada Adana beberapa tempat yang kami lewati. Iapun sesekali merespon dengan suara tanpa bahasa.
β Arzalea.. Arzalea..β Tiba-tiba seseorang memanggil ketika aku sudah berada diujung pertokoan. Akupun segera menengok ke belakang, berharap seseorang yang ku kenal. Barangkali teman lamaku. Namun bukan teman, melainkan lawan. Riri Riana. Gadis menyebalkan yang menolak pertemanan yang ku ajukan hanya karna ia tak menyukai kedekatanku bersama Arka.
Setelah aku menoleh, iapun berjalan lenggak-lenggok dengan high heelsnya mendekati posisiku.
Sesampai dihadapanku, iapun langsung menengok kereta bayi yang masih ku pegang erat. Sial! Ini akan menjadi hari menyebalkan. Kenapa gadis iblis itu selalu membuat hari-hariku menyebalkan dari dulu?
β Kau seorang Ibu?β tanyanya menatapku heran. Lalu kembali menengok Adana.
Aku menggeleng penuh penolakan. βtidak.. tidak.. aku.. aku bekerja sebagai baby sister.β Bantahku dengan kalimat terputus-putus. Riri tersenyum kecut menatapku. Lalu iapun memotret Adana dengan ponselnya.
β Kapan kau menikah? kenapa tak mengundangku? Jangan bilang dia anak Arka?β tebaknya. Aku mengangguk. Bagiku Adana adalah anak Arka. Dia mengingatkanku lebih banyak tentang Arka dibanding ayah biologisnya.
β Arka ingin menjadi dokter gigi.. dia masih di Surabaya.β
Riri Riana menolehku sekilas, tersenyum penuh tanya. βAku tahu.. jadi siapa pria itu?β tuntunya sembari memotret Adana berulang-ulang. Lalu dua potretan lagi.. dan ia memandangku seutuhnya.
β Putrimu bisa jadi model majalah anak-anak, milik Ibuku.β Lanjut Riri. Aku mengangguk. Dan kedua alisnya terangkat penasaran.
βsiapa pria itu?β tanyanya lagi. Lalu matanyapun memandangi penampilanku. Sejujurnya tak ada yang berubah. Aku masih suka memakai skinny jeans dengan kaos pendek. Tapi hari ini aku memakai atasan floral coklat muda dengan corak bunga mawar pink merah. Dipadukan dengan rok pendek berwarna merah hati. Akupun tak mengerti mengapa hal itu membuat pandangan terlihat Riri berbeda.
Otakku tiba-tiba teringat tadinya Riri Riana berada didepan sebuah salon. β Hmm.. sebaiknya kau masuk ke salon, daripada keduluan yang lain!β aku berusaha mengalihkan keadaan canggung ini. Namun hal itu malah membuatnya tertawa geli.
β Itu salonku.β Pamernya. β Ayahku memberiku modal untuk membuka usaha.. Aku akan membuat Salon Riana sukses, Lalu pergi ke Surabaya, dan membuka cabang.β Ia terlihat begitu bahagia.
β itu ide yang bagus..β
β ya aku tahu.β Katanya. β jadi siapa Ayahnya? Pria mana yang merubah penampilanmu seperti ini?β ia masih mengintrogasi. Tentu aku tak akan menceritakan tentang Adam. Aku bahkan belum memberitahu Arka.
βAku harus pergi.β Sahutku sembari mendorong kereta Adana βkabur.
β Arzalea.. β pekik Riri Riana kembali. Entah apalagi yang ingin ia ketahui dariku. Tapi rasanya lebih baik ketika jauh dari si Iblis menyebalkan itu.
0 komentar