Dipetiknya bunga lavender
" Lea.. Arzalea.." Suara Lily yang awalnya dengingan mulai jelas
ditangkap telingaku. Aku menoleh ke suara itu secepat kilat.. Lily
tengah bersama seorang laki-laki yang sudah tidak asing lagi.
" hey.." sapaku sehabis siuman, lalu Lily bersama pemuda bertubuh gagah itupun duduk disofa sintetis putih yang ku duduki. Tak lama Mumpun ikut duduk bersama Vaad.
" Ridwan.. semuanya sudah berkumpul!" Kata Lily pada pemuda yang mulai tersenyum itu. Dari getaran tangannya ia terlihat gugup. Lalu memandangku dan mum bergantian.
" Perkenalkan nama saya Ridwan." Katanya. Sejujurnya aku sudah tahu namanya dari Lily, hanya saja kami belum sempat mengobrol selama ini. " Saya sudah menjalin hubungan bersama Lily sejak ia kelas 3 SMP. Itu berarti 4 tahun yang lalu." Matanya berbinar-binar seakan kembali mengingat masa-masa itu. " Sebelumnya saya turut berdua atas perginya Ayah. Itu menjadi pukulan terberat bagi Lily, juga bagi kalian semua. Sayapun merasakannya —Kami menghabiskan waktu bersama nyaris sepanjang sore." Ceritanya membuatku terkejut. Tapi mum mengangguk. Sepertinya ia tahu hal itu. " Kini ia sudah pergi untuk selamanya.. " Beberapa saat mata Ridwan menatap ke bawah.
" Saya ingin meminta restu kalian.." tiba-tiba Ridwan kembali bersuara.
" apa?" aku masih bingung oleh ucapan Ridwan.
" kami akan menikah, Lea!" tegas Lily.
" tidak.. kau tidak boleh menikah!" pekikku. " Kau harus kuliah, mencapai mimpi-mimpimu!" Lily menggeleng. " Aku tahu Ayah sudah pergi, tapi aku berjanji padamu.. aku akan berusaha sekeras mungkin! Aku akan membiayaimu!" Ku pandanga matanya yang masih menatapku. "Aku akan bekerja sekeras mungkin agar kau bisa kuliah.. Lily!" mohonku dengan sangat. Namun Lily hanya tersenyum menghentikan gelengannya. Aku tak tahu harus minta tolong pada siapa, Lily orang yang keras kepala. Biasanya Ayah yang meluluhkannya. Tapi sekarang ia tidak ada. Meski dibalik semua itu, ia sangat mencintai mum setulus hati. Bahkan rela melakukan apapun agar tidak mengecewakan mum.
" Mum, lihat anakmu!" Aku menoleh ke mum seraya menunjuk Lily. " dia harus kuliah, Mum! Dia harus mencapai mimpinya!" ku yakinkan mum.
" kakakmu benar Ly! Kau tidak boleh menikah sekarang! Kau tidak boleh melangkahi kakakmu.. Tunggu kakakmu menikah lebih dulu.."
" Mum.." protesku. " Apa yang mum katakan? Aku ingin dia kuliah mum untuk menggapai mimpinya!"
" dia tidak bisa melangkahimu menikah.." tangkas mum.
" Mum.. Lea.. biarkan aku bicara." Jerit Lily. Lalu Lily pun menatapku begitu dalam.
" Aku percaya padamu, Lea. Kau akan berjuang untukku. Kau akan melakukan apapun untuk orang-orang yang kau sayangi, Bahkan meski kau harus mati. Aku percaya padamu!" Tatapan matanya menunjukan kejujuran. " Tapi.. Aku bukan dirimu! Aku tidak punya mimpi membangun perpustakaan ataupun mengeliling dunia." Lanjutnya. Kini aku malah bingung darimana kiranya Lily mengetahui mimpi-mimpi itu, bahkan aku hanya menceritakannya pada Arka. Oh tidak.. Ayahpun tahu kebenaran itu, meski ku ceritakan tanpa sengaja.
" Kau yang harus kuliah.. kau yang harus berjuang untuk mimpimu!" ia tersenyum lalu menoleh ke Ridwan. " tapi satu-satunya mimpiku ingin menikah dengan Ridwan." Ujarnya kembali menoleh padaku. " itu adalah mimpi terbesar yang ku inginkan selama ini. Menikahi seseorang yang sudah tahu kelemahanku namun tetap menganggapku sempurna. Mimpiku menikahinya, Lea." Jelas Lily membuat hatiku tersentuh. Akupun tersenyum memandangi Lily.
" Tapi kau tidak boleh melangkahi kakakmu.." Mum masih ngeyel.
" Aku tidak masalah mum, Aku melarangnya menikah karna aku ingin dia kuliah.. mengapai apa yang ia inginkan. Tapi kini aku sudah tahu keinginannya.. Aku tidak masalah, Mum." Jelasku setengah kesal pada mum.
" Tapi dalam adat kita.. "
" Menikahlah Lily.." tangkasku. Mumpun menggeleng menatapku.
" Mum.. dengarkan aku! Aku juga ingin menikah! Tapi aku ingin menikahi orang yang benar-benar aku cintai, dengan begitu apapun yang terjadi pada kami nanti.. aku akan selalu mempertahankannya. Seperti mum dan ayah." Kini iapun tersenyum mendengar penjelasanku. Sudah bukan rahasia lagi bagaimana cerita cinta keduanya yang akhirnya sampai pada pelaminan. Mereka jatuh cinta sejak berskolah di SLTA. Meski sempat terpisah beberapa tahun ketika kuliah.. akhirnya merekapun kembali bersama.
Aku harap aku memiliki seseorang yang mencintaiku dengan sangat.. dan yang teramat sangat ku cintai. Dengan begitu.. apapun yang akan terjadi pada kami, aku akan selalu mempertahankannya.
Aku tak buta ataupun tuli. Sudah banyak cerita yang ku dengar, maupun ku baca tentang nasib anak-anak yang ditinggal cerai orangtuanya. Memang tidak semuanya. Sebagian dari anak-anak itu bisa menerima kenyataan dengan lapang dada. Namun sebagiannya lagi bak kehilangan sebagian jiwanya.
Aku tahu setiap manusia memiliki pola pikir masing-masing, dalam kekuatan masing-masing. Namun sebisa mungkin, bila aku memang diberi kesempatan menjadi seorang Ibu. Aku tak ingin anakku sedetikpun merasa kehilangan jiwanya. Aku ingin menjadi ibu sebaik mum.
Hanya beberapa waktu saja setelah pembicaraan itu, Orangtua Ridwanpun datang ke rumah. Lalu persiapan diadakan.
Segalanya bertema putih.. Lily menyukai warna putih. Begitupun bunga-bunga. Tapi atas pemintaan Ridwan sebagaian bunga putih dihiasi oleh bunga lily dan bunga lavender ditengahnya. bayangkan saja bagaimana melakukan itu. tapi atas kelihaian si perancang keadan itu nampak nyata dengan keindahan bunga lavender dan lily.
Aku bersumpah ini adalah pernikahan paling indah yang pernah ku lihat. Ridwan dan Lily mengundang seluruh teman mereka yang jumlahnya tak terhitung. Sesekali aku malah dibuat gugup ketika bertemu orang-orang asing berkeliaran di pernikahan adikku. Bila saja Arka disini.. pasti hatiku tak akan sesepi ini menatap keramaian penuh tawa itu.
Lily dengan gaun panjang putih yang mekarpun mulai menginjakkan kaki di perkarangan belakang yang sudah seperti taman bunga. Ia melangkah digandeng mum. Sedangkan Vaad dan Virgi berada dibelakang mereka berdua untuk menaburkan bunga-bunga dikarpet merah bekas injakan kaki Lily dan mum.. sebelum pada akhirnya sampai didepan Ridwan yang sudah terlihat gugup dihadapan penghulu.
Beberapa langkah sebelum ia berhenti dihadapan Ridwan, ia sempat menebarkan senyumnya ke para tamu yang seluruhnya memusatkan perhatian padanya. Lalu rona merah pada pipinya pun langsung terlihat jelas ketika ia menyadari itu. Dan hal itu membuatnya terlihat semakin elok.
Ijab kabulpun Ridwan bacakan dengan lancar.
Tentu saja.. aku ingin menikah. Tapi satu-satunya yang ada dalam benakku hanya Arka. Bagaimana bisa aku menunggu orang yang tak mengetahui perasaanku? Bagaimana mungkin aku berharap menikahi orang yang bahkan tak mengetahui perasaanku? Bagaimana bisa aku berharap? Tapi kenyataannya aku masih menunggu diruang panjang itu. Aku masih berharap. Karena aku tahu.. aku jutaan takdir membentang diluar sana.. yang barangkali salah satunya akan menyatukanku bersama Arka.
" hey.." sapaku sehabis siuman, lalu Lily bersama pemuda bertubuh gagah itupun duduk disofa sintetis putih yang ku duduki. Tak lama Mumpun ikut duduk bersama Vaad.
" Ridwan.. semuanya sudah berkumpul!" Kata Lily pada pemuda yang mulai tersenyum itu. Dari getaran tangannya ia terlihat gugup. Lalu memandangku dan mum bergantian.
" Perkenalkan nama saya Ridwan." Katanya. Sejujurnya aku sudah tahu namanya dari Lily, hanya saja kami belum sempat mengobrol selama ini. " Saya sudah menjalin hubungan bersama Lily sejak ia kelas 3 SMP. Itu berarti 4 tahun yang lalu." Matanya berbinar-binar seakan kembali mengingat masa-masa itu. " Sebelumnya saya turut berdua atas perginya Ayah. Itu menjadi pukulan terberat bagi Lily, juga bagi kalian semua. Sayapun merasakannya —Kami menghabiskan waktu bersama nyaris sepanjang sore." Ceritanya membuatku terkejut. Tapi mum mengangguk. Sepertinya ia tahu hal itu. " Kini ia sudah pergi untuk selamanya.. " Beberapa saat mata Ridwan menatap ke bawah.
" Saya ingin meminta restu kalian.." tiba-tiba Ridwan kembali bersuara.
" apa?" aku masih bingung oleh ucapan Ridwan.
" kami akan menikah, Lea!" tegas Lily.
" tidak.. kau tidak boleh menikah!" pekikku. " Kau harus kuliah, mencapai mimpi-mimpimu!" Lily menggeleng. " Aku tahu Ayah sudah pergi, tapi aku berjanji padamu.. aku akan berusaha sekeras mungkin! Aku akan membiayaimu!" Ku pandanga matanya yang masih menatapku. "Aku akan bekerja sekeras mungkin agar kau bisa kuliah.. Lily!" mohonku dengan sangat. Namun Lily hanya tersenyum menghentikan gelengannya. Aku tak tahu harus minta tolong pada siapa, Lily orang yang keras kepala. Biasanya Ayah yang meluluhkannya. Tapi sekarang ia tidak ada. Meski dibalik semua itu, ia sangat mencintai mum setulus hati. Bahkan rela melakukan apapun agar tidak mengecewakan mum.
" Mum, lihat anakmu!" Aku menoleh ke mum seraya menunjuk Lily. " dia harus kuliah, Mum! Dia harus mencapai mimpinya!" ku yakinkan mum.
" kakakmu benar Ly! Kau tidak boleh menikah sekarang! Kau tidak boleh melangkahi kakakmu.. Tunggu kakakmu menikah lebih dulu.."
" Mum.." protesku. " Apa yang mum katakan? Aku ingin dia kuliah mum untuk menggapai mimpinya!"
" dia tidak bisa melangkahimu menikah.." tangkas mum.
" Mum.. Lea.. biarkan aku bicara." Jerit Lily. Lalu Lily pun menatapku begitu dalam.
" Aku percaya padamu, Lea. Kau akan berjuang untukku. Kau akan melakukan apapun untuk orang-orang yang kau sayangi, Bahkan meski kau harus mati. Aku percaya padamu!" Tatapan matanya menunjukan kejujuran. " Tapi.. Aku bukan dirimu! Aku tidak punya mimpi membangun perpustakaan ataupun mengeliling dunia." Lanjutnya. Kini aku malah bingung darimana kiranya Lily mengetahui mimpi-mimpi itu, bahkan aku hanya menceritakannya pada Arka. Oh tidak.. Ayahpun tahu kebenaran itu, meski ku ceritakan tanpa sengaja.
" Kau yang harus kuliah.. kau yang harus berjuang untuk mimpimu!" ia tersenyum lalu menoleh ke Ridwan. " tapi satu-satunya mimpiku ingin menikah dengan Ridwan." Ujarnya kembali menoleh padaku. " itu adalah mimpi terbesar yang ku inginkan selama ini. Menikahi seseorang yang sudah tahu kelemahanku namun tetap menganggapku sempurna. Mimpiku menikahinya, Lea." Jelas Lily membuat hatiku tersentuh. Akupun tersenyum memandangi Lily.
" Tapi kau tidak boleh melangkahi kakakmu.." Mum masih ngeyel.
" Aku tidak masalah mum, Aku melarangnya menikah karna aku ingin dia kuliah.. mengapai apa yang ia inginkan. Tapi kini aku sudah tahu keinginannya.. Aku tidak masalah, Mum." Jelasku setengah kesal pada mum.
" Tapi dalam adat kita.. "
" Menikahlah Lily.." tangkasku. Mumpun menggeleng menatapku.
" Mum.. dengarkan aku! Aku juga ingin menikah! Tapi aku ingin menikahi orang yang benar-benar aku cintai, dengan begitu apapun yang terjadi pada kami nanti.. aku akan selalu mempertahankannya. Seperti mum dan ayah." Kini iapun tersenyum mendengar penjelasanku. Sudah bukan rahasia lagi bagaimana cerita cinta keduanya yang akhirnya sampai pada pelaminan. Mereka jatuh cinta sejak berskolah di SLTA. Meski sempat terpisah beberapa tahun ketika kuliah.. akhirnya merekapun kembali bersama.
Aku harap aku memiliki seseorang yang mencintaiku dengan sangat.. dan yang teramat sangat ku cintai. Dengan begitu.. apapun yang akan terjadi pada kami, aku akan selalu mempertahankannya.
Aku tak buta ataupun tuli. Sudah banyak cerita yang ku dengar, maupun ku baca tentang nasib anak-anak yang ditinggal cerai orangtuanya. Memang tidak semuanya. Sebagian dari anak-anak itu bisa menerima kenyataan dengan lapang dada. Namun sebagiannya lagi bak kehilangan sebagian jiwanya.
Aku tahu setiap manusia memiliki pola pikir masing-masing, dalam kekuatan masing-masing. Namun sebisa mungkin, bila aku memang diberi kesempatan menjadi seorang Ibu. Aku tak ingin anakku sedetikpun merasa kehilangan jiwanya. Aku ingin menjadi ibu sebaik mum.
Hanya beberapa waktu saja setelah pembicaraan itu, Orangtua Ridwanpun datang ke rumah. Lalu persiapan diadakan.
Segalanya bertema putih.. Lily menyukai warna putih. Begitupun bunga-bunga. Tapi atas pemintaan Ridwan sebagaian bunga putih dihiasi oleh bunga lily dan bunga lavender ditengahnya. bayangkan saja bagaimana melakukan itu. tapi atas kelihaian si perancang keadan itu nampak nyata dengan keindahan bunga lavender dan lily.
Aku bersumpah ini adalah pernikahan paling indah yang pernah ku lihat. Ridwan dan Lily mengundang seluruh teman mereka yang jumlahnya tak terhitung. Sesekali aku malah dibuat gugup ketika bertemu orang-orang asing berkeliaran di pernikahan adikku. Bila saja Arka disini.. pasti hatiku tak akan sesepi ini menatap keramaian penuh tawa itu.
Lily dengan gaun panjang putih yang mekarpun mulai menginjakkan kaki di perkarangan belakang yang sudah seperti taman bunga. Ia melangkah digandeng mum. Sedangkan Vaad dan Virgi berada dibelakang mereka berdua untuk menaburkan bunga-bunga dikarpet merah bekas injakan kaki Lily dan mum.. sebelum pada akhirnya sampai didepan Ridwan yang sudah terlihat gugup dihadapan penghulu.
Beberapa langkah sebelum ia berhenti dihadapan Ridwan, ia sempat menebarkan senyumnya ke para tamu yang seluruhnya memusatkan perhatian padanya. Lalu rona merah pada pipinya pun langsung terlihat jelas ketika ia menyadari itu. Dan hal itu membuatnya terlihat semakin elok.
Ijab kabulpun Ridwan bacakan dengan lancar.
Tentu saja.. aku ingin menikah. Tapi satu-satunya yang ada dalam benakku hanya Arka. Bagaimana bisa aku menunggu orang yang tak mengetahui perasaanku? Bagaimana mungkin aku berharap menikahi orang yang bahkan tak mengetahui perasaanku? Bagaimana bisa aku berharap? Tapi kenyataannya aku masih menunggu diruang panjang itu. Aku masih berharap. Karena aku tahu.. aku jutaan takdir membentang diluar sana.. yang barangkali salah satunya akan menyatukanku bersama Arka.
Tags:
Tertanda
0 komentar