c | Sounds of melody 2 | Journey To Northen Light

Sounds of melody 2

Ini akan jadi hari yang aneh jika aku berharap Mikhael naik bus lagi, tapi yeah seperti Hal Hal aneh yang ku harapkan. Aku berharap.

Aku berjalan menjauh dari komplek perumahan kami, ini tempat yang ramah.. Aku hanya tinggal di Salah Satu kota kecil yang terpencil, kami memiliki pepohonan sepanjang jalan. Rumah Rumah hanya berjarak 5 meter dari yang lain. Semua terlihat hijau. Menawan.
Betapa beruntung nya aku hidup disini. Hanya saja Ayah harus membayar hutang yang cukup banyak setiap bulan.
Well, hsuh.. Aku menghela nafas panjang. Ini tetap lebih baik.

Aku memaksa munutup mataku, semua otot otot tertarik di tengah. Bahkan bibirku pun bergerak. Aku mencoba menenggelamkan pandangan matanya yang sedikit banyak terasa mengiris.

Telolet Telolet..
Disinilah hari panjang ini dimulai. Seperti hari sebelum nya, suara klakson bus memberitahu kedatangannya.
Aku menunggu semua anak masuk bus;selalu. Hanya karena aku tidak mau berdesakan masuk. Dan tiba-tiba; penuh. Aku  memeriksa pintu belakang, hampir tidak ada ruang untuk bernafas. Akhirnya aku pun masuk lewat pintu depan.

Aku sudah lelah, bahkan hari ku baru dimulai.
Suara bising menyebar ke ruangan, berbagai cerita palsu dan asli, dan perpadun keduanya  menjadi hiburan tersendiri bagi para murid disini. Tapi aku satu satu nya yang melaju dalam hening.

"jadi kau menikmati perjalanan nya?" Sebuah suara menarik kepala ku mencari.
Oh Mikhael, aku terkejut. Tapi tiba tiba merasa damai.

" Apa kelihatan seperti itu?!"
Ia tertawa sebentar. Tangan nya berpegangan tepat di belakang kepalaku. Aku membiarkan diriku melihat ke luar. Agar ia tidak terlalu tepat membaca perasaan ku.

"sebenarnya aku bosan." Mikael berbisik.

"kalau begitu lakukan sesuatu"

"tidak ada guna nya."
Aku terdiam Dan kemudian memeriksa wajahnya.
OH tuhan, menatap nya sedekat ini adalah keajaiban.
Mikael menggerakkan kepalanya ke kanan dan kiri.
"mereka berbicara omong kosong "
Bibirku melebar. Senang bertemu seseorang yang memiliki pemikiran yang sama.
Sekarang aku menggerakkan badanku menghadap padanya, Dan kami berada pada kedekatan yang hampir tidak memiliki batas. Aku bahkan bisa mencium aroma kulitnya. Seperti sesuatu yang dingin tapi menyegarkan.

"katakan padaku apa yang bukan omong kosong?"

"aku tidak suka membicarakan orang lain, menyebar luaskan sesuatu yang bahkan kau sendiri tidak tahu kebenarannya."

"lalu pembicaraan seperti apa yang kau mau?!" nadaku menuntut tapi Dia malah tertawa.

"entahlah, aku belum menemukan topik yang bagus untuk ku bicarakan dengan seseorang yang tepat."

Aku terdiam sesaat, berpikir. Aku tidak cukup pintar dalam hal ini.

Mikael mengayun kan tangan nya di depan wajahku.
"ada sesuatu yang salah dengan ucapanku?!" aku menggeleng otomatis.
"aku baru saja berpikir, apa yang harus aku katakan padamu, karena aku sangat bodoh dalam hal ini."

"define : bodoh ?" kedua alisnya mendekat, menuntut jawaban.

"aku tidak terlalu berbicara, bukan berarti aku tidak bisa bicara.. Hanya saja Aku tahu tidak semua orang bisa menjadi pendengar yang baik."

"seperti nya bukan aku."

"kalau saja aku mengetahuinya.." suaraku melemah, membuat keadaan canggung untuk diriku. Mungkin aku berharap hal itu sebagai kebenaran.

" aku bukan rose yang membiarkan hidup nya tenggelam dilautan. Berjalan setengah kaku dalam lembar baru.
kalau pun aku harus tenggelam hanya untuk bisa bersama nya, aku akan pergi.."
Aku membeku, memandang nya setengah tidak berdaya.

"karena ada ruang di hati yang tidak akan bisa di isi, sebuah ruang.. Dan di ruang itulah, kita akan terhenti pada jalanan panjang yang jauh dan tak berujung.. Hanya karena berharap: kalau saja ia disini, bersama ku. Saat ini."
Aku terpesona dalam setiap kata yang ia ucapkan, dalam melodi melodi hangat.
Seperti deretan bait lagu yang Ia iringi.
dalam heningnya aurora yang menginspirasi,
dan senyapnya aurora yang membuatku menari.
dalam melodi melodi tersembunyi yang bergerak dalam aurora.

" katakan sesuatu.." ia tidak membiarkan ku menikmati suasana penuh kejutan ini.

" aku harap tulisan ku tidak mengecewakan. "
Pikiran ku beralih ke artikel blog ku yang lain. Hampir semua tulisan kesakitan itu tentang Dia dan mimpiku. Tapi lebih banyak mimpiku.

" sungguh salah satu yang ku tunggu setiap hari minggu."

Bibirku melebar, tapi senyum ku tertahan.
Siapa Kah kamu?
Malam malam kelam yang rumit terbentuk diantara tatapan mu.
Melodi bergulir dalam suara mu.
Menarik ku bermimpi menari dalam udara.
Bebas Dan bahagia.

Aku menatap bibir nya yang berwarna jambu, Dan entah mengapa rasa nya aku ingin menyentuh nya. Bahkan dorongan nya lebih kuat dari sebelum nya.

"sekarang bisakah kau percaya kalau aku adalah pendengar yang baik?!."

"we will see.."
Mikhael tertawa mengejek.
Dan pikiranku malah dialihkan oleh sesuatu yang lain.
"hey.. Aku tiba tiba penasaran, kenapa kau naik bus?," entahlah terbesit begitu saja. Yang aku tahu keluarga Mikhael adalah salah satu yang kaya disini. Keluarga nya cukup popular, ayah nya salah satu pejabat Kota. Sama seperti keluarga pejabat lain nya.. Dan keluarga nya bagian Dari yang sering dibicarakan karena kekayaan mereka.
hanya karena aku hidup disebuah Kota terpencil, Hal Hal terdengar begitu cepat. Beberapa dari mereka adalah saudara dari barat sampai timur, begitupun selatan dan utara. Lain hal nya dengan keluarga ku, kami adalah pendatang, ayah ku bangkrut 5 tahun lalu. Kemudian memutuskan tinggal disini. Ini masih menjadi kejutan bahkan untukku.
Ku pikir, puluhan bengkel ayah tidak akan pernah di tutup. Dan majalah ibuku akan bertahan hingga aku kuliah. Lalu aku akan mengembangkan semuanya, mendapatkan uang dan mengunjungi  Alaska, tapi hidup adalah kejutan.
Dan aku masih terus terkejut hingga kini, entah mengapa.

"kenapa? ini bus sekolah?!"
Aku tertawa sedikit.

"well, hanya terdengar aneh." Mikhael mengangguk tapi tidak menjawab.
"jangan bilang pespa buntut mu mogok" suara ku terdengar akrab.
Mikael menahan tawa.

"hey.. Aku tidak tahu kalau itu terlihat buntut. Warna nya biru telur bebek.. Warna Warna soft doodle dikedua sisi nya "

Aku mengangguk "Dan terlihat tua."

"aku menaruh hasrat art ku disana. Aku sungguh berharap hal itu menghilangkan sisi kunonya.. "

Aku setengah mengejek dengan tawa.
Dan lucunya Mikhael berusaha keras membela vespa nya.

"c-mon.."  wajah nya lucu sekali. Kedua lesung pipitnya terbentuk bak malaikat.

"kau seperti cowok 90an di film film. Kau tinggi, kurus, selalu tebar pesona.. Hanya saja tampilan mu modern. Lips piercing.. Dan.. Oh okay hanya lip piercing yang membuat mu seperti bad boy."

Mikhael cekikikan.
Aku ingin sekali menyentuh pipi nya.

"bila saja kau tahu aku bertengkar dengan beberapa guru karena hal itu."

"jangan khawatir mereka tidak akan mengeluarkan mu dari sekolah"
" kita semua tahu dari siapa kau lahir."

Telolet.. Klakson bus bernyanyi merdu. Dan aku tahu kami sudah sampai di depan sekolah.

Aku turun duluan karena aku yang lebih dekat dengan pintu. Tapi aku menunggu Mikael untuk berjalan berdampingan.
Hanya terjadi begitu saja, tanpa direncanakan.

Ia tidak seperti yang lain, bagiku. Dia terlihat seperti real bad boy. Tapi aku tidak pernah mendengar nya dekat dengan perempuan manapun, maksudku dalam arti pacaran seperti anak belasan lainnya. pulang dan pergi ke sekolah bersama dengan sepeda motor. Terkadang teman teman ku membicarakan nya, mungkin saja Mikhael tidak menyukai perempuan. Dan aku orang yang paling patah hati mendengar itu.

Aku tidak memiliki satu idepun untuk memulai pembicaraan, Dan hening menerpa begitu cepat.
Langkah kami membentuk irama. Ku pandang sesekali wajah malaikat nya. Dan mata kami kadang bertemu canggung.

Ia selalu menjadi bagian mimpiku yang aneh.  Bahkan di hariku yang aneh. Aku tidak tahu kalau dia bagian dari hal hal aneh.

Tubuh kami menjauh, Langkah demi langkah. Dan hanya satu kata yang saling kami ucapkan "sampai jumpa"

***
Ini hanya hari yang sama..
Aku sedikit bosan dengan kehidupan ku entah mengapa. Aku ingin semua ini cepat berlalu. aku hanya ingin pergi ke Alaska, memandang pancaran cahaya yang berpijar pijar di kutub selatan. menari dengan bebas di udara.. dalam warna warna mempesona yang selalu memburu ku setiap malam.

Begitu sunyi disini. Di sebelah lain dari keramaian.
Di kota terpencil ini kami memiliki danau yang menjadi salah satu tempat wisata. Aneka kapal sungai. Banyak juga yang menggunakan nya sebagai tempat memancing, bukan hnaya itu di sepanjang tepian danau, berjejer kursi kursi Taman, lampu lampu menyala kala malam. Sepanjang jalan terlihat elok Nan rapi. Aneka permainan kala malam bergerak. Bisa di sebut pasar malam, tapi tempat ini memiliki permainan permanen yang tidak pernah pindah kemanapun.

Tapi aku disisi lain. Beberapa kilo menjauh. Sebenarnya aku ingin disana, meski hanya duduk Dan bermainan ayunan di sekeliling. Tapi aku tidak bisa. Aku lebih memilih duduk di bawah pohon apel..
Aku hanya seorang introvert aneh.
Aku tidak tahu bagaimana caranya menyapa.
Atau mengobrol untuk membuat teman.
Aku benci diriku. Kadang kadang. Kalau aku orang lain Dan mengenal aku, aku tidak ingin dekat dengan ku.
Well, ini semacam depresi pada diri sendiri. Kepala ku terus menerus merangkai kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi. Seperti.. Aku tahu beberapa hal, aku tahu Hal itu akan terjadi tapi sebagian sisi dari diriku menutupi nya hanya karena aku tidak percaya hal itu yang akan terjadi.
Ugh.. Gangguna otak.
Mungkin.

Tempat ini lebih sepi, tapi jalanan terlihat sama rapi nya dengan hiasan kursi Dan tiang lampu yang Indah.

Aku mendengar suara lari. Ugh okay.. Aku membiarkan tangan ku menjadi tiang selagi kepalaku melihat ke langit.

"hey.. Aurora.." suara tidak asing mendekat.
Aku mendengar langkah lari berganti langkah jalan. Kepalaku bergerak melihat kebelakang.

"Mikhael Aditya" Ia tersenyum dan duduk disampingku.

"kamu ngapain disini?“
Aku menaikan kedua pundakku. Karena aku sendiri tidak bisa menjawab.

" aku mengerti terkadang kita perlu sendiri"

"tidak." aku menggeleng, berusaha keras menunjukan padanya betapa bencinya aku sendirian.
"sebenarnya aku tidak suka sendirian. Tidak memiliki teman bicara, hanya membayangkan sesuatu yang berpusat pada kemungkinan kemungkinan."
"Hal itu terkadang membuat ku menjadi aneh."

"kalau begitu jangan. "
Ia melihat ke Mata ku, Dan aku mengila karena itu.

" jadi apa yang kau pikirkan?" aku melebarkan bibir, dan menatapnya sebentar. kulitnya yang cerah dan bersih membuatku benar benar iri. okay, kulitku memang light, tapi aku sering menerima masalah seperti jerawat di badan bahkan kadang di wajahku. hanya karena aku memang memiliki kulit sensitive. tapi Mikhael, kulitnya sempurna sekali.

" caranya pergi ke Alaska?" dan kami berdua sedikit tertawa.

" memang benar, itu tujuan utamaku!"

" Apa yang akan kau lakukan disana."

" Aku ingin melihat Aurora Borealis..," mataku kelangit, membawangkan cahaya penuh pesona itu disana.
" cahaya nya yang mempesona membuatku semangat. "
" Lalu aku ingin menari di bawahnya. atau hanya memandanginya semalam, tidak masalah." Mikhael tidak menggerakkan pandangannya dari ku.

" sepertinya aku mulai memiliki keinginan yang sama!" ia berkata an aku langsung bersemangat. aku mengambil ponselku, lalu aku mencari gambar gambar Polar light lewat ponsel. aku menemukan jutaan gambar memukau, lalu aku menunjukan satu persatu warna warna mempesona polar light ke Mikhael. Matanya berbinar. dan kami terkagum kagum oleh itu.

"kau tahu? aku bahkan memikirkan bagaimana caranya aku bisa menjadi Aurora hunter!"

" oh keren!" Mikhael tersenyum.

" Membayangkan dirimu berada di kota baru setiap minggu , bernyanyi lagu kesukaanmu di mobil, melihat jalanan jalanan asing yang hanya akan membuatmu kesal sekali bila macet. kau tahu.. itu sesuatu yang ku impikan! akan sangat menyenankan! "

" kau harus mewujudkannya!" Mikhael berkata. dan aku tersadar ia masih menatapku. matanya yang mempesona membuatku gugup.

" "

Share:

0 komentar