Sounds of drama 6
Suara pespa tua menyebalkan berniang di kepalaku. Ah ini apa? Kenapa aku merasa damai dalam hal sederhana seperti ini? Padahal aku ingin pergi ke Alaska untuk warna warni indah aurora borealis. "hey hey hey.. Kau melamun Kan?" Mikhael menepuk punggung tangan ku. Dan aku sedikit histeris. Aku menarik tangan ku Dan mencubit perut nya. Terlalu keras. Mungkin karena is sering olahraga. " okay kita sudah di depan rumah mu." Ouh. Pohon pohon tinggi terlewati terlalu cepat. Aku turun. Dan melepaskan helm pemberian nya. " simpan saja, kau akan menerlukan nya setiap hari" Ia menjulurkan lidah Dan menghidupkan mesin pespa nya. Dan dia menghilang. Jejak nya begitu saja menyamar. Wajah malaikat nya lucu sekali. Perpaduan Iblis berparas menawan. Di Satu sisi begitu dingin. Dan dalam garis garis yang lain terbentuk sesuatu yang mustahil di abaikan mata. Oh Mikhael.. Tolong jangan menjebak ku dalam deretan ilusi surga. Aku tertawa sedikit. Seperti idiot. Tapi semua itu menghilang begitu cepat ketika aku melihat mata melotot ayah samar samar dari jendela. Lalu ibu mengalihkan pandangan nya. Dan mereka berargumen berat. Sesuatu yang tidak bisa aku dengar namun terlihat jelas dari gerak gerik wajah mereka. Aku tetap berjalan. Tapi setengah bingung. Mungkin takut. Lebih tepat nya. Aku tidak pernah melihat mereka seperti itu. Aku membuka pintu..,dan yeah.. Ayah langsung menyemprot ku dengan mata melotot nya . "Alaska, ayah Kan sudah bilang jangan bergaul sama anak pemabuk itu." "pemabuk siapa sih, Yah." aku menaruh helm di sofa, Dan langsung duduk. Wajah ibu terlihat berbeda. Tapi aku tahu ada sesuatu yang tidak beres. "cowok pespa itu, kau tidak tahu Al, pespa itu sudah 2 minggu di bengkel ayah karena teman pemabuk itu mabuk ketika mengendari motor." aku terdiam. Bingung. Aku tidak tahu apa apa. Well, bengkel ayah memang berada di ujung tempat pertokoan. Sebelah nya adalah Sebuah lorong di Antara gedung partai ayah Mikhael. Nah di lorong itu memang di kenal sebagai wilayah anak Motor. Sebenarnya tempat itu di tutup oleh dinding jaring jaring yang tembus pandang. Aku tidak tahu kalau tempat itu di gunakan sebagai tempat minum minum saat malam. Sebagai mana keramaian disini, bengkel ayah tutup jam 9,tapi terkadang dia melembur sampai larut kalau memiliki banyak kerjaan. Dia tidak terlalu mengandalkan seseorang. Dia mengerjakan semuanya dengan Satu anak buah. " Baru kemarin sore dia mengambil pespa itu, Dan sekarang aku melihat anakku pulang dengan nya?!" suara nya Terdengar keras. matanya melotot. Ia terlihat benar benar marah. Aku membisu. Pikiranku menghilang sesaat. "aku tidak ingin melihat mu bersama cowok pemabuk itu lagi." ia berkata dengan keras di depan wajah ku.
lagi.
Dan aku gemetaran. Aku tidak pernah membuat nya semarah ini. Sekali pun. Ia seperti monster detik ini. Sesuatu yang tidak pernah ia tunjukan sebelumnya. Orang tua ku adalah yang sempurna. Ayah adalah direktur spare part motor. Setiap pagi aku melihat nya dengan pakaian rapi, jas menawan Dan sepatu mengkilat. Ia memiliki supir pribadi. Dan ibuku.. Ia memiliki majalah sendiri. Hidup ku sempurna. Mereka sangat sangat hangat. Mereka tidak pernah menggunakan kata kasar di depan anak anak nya. Atau bahkan suara dengan nada tinggi. Tapi beberapa tahun belakangan kami bangkrut. Entah lah apa yang terjadi. Terlalu banyak orang jahat di Dunia. Hanya itu penjelasan singkat yang ku dapat. Dan sesuatu telah banyak berubah. Aku menghela nafas panjang, pintu kamar ku kunci. Aku tidak ingin berdekatan dengan sesuatu yang tidak di sukai ayah, karena Hal itu sama saja dengan bunuh diri. Tapi aku menyukai Mikhael. Dan aku tidak ingin jauh dengan nya. Suara desakan dreamcatcher dengan jendela ku berebutan. Hujan lagi di luar. Dan aku Baru tersadar ponsel ku bergetar. " Kita adalah sebuah kisah klasik, terkadang aku bingung seberapa pantas kah aku untuk menjadi sahabat sejatimu? Karna aku bukan pejantan tangguh. Namun aku bagian dari mu yang terlupakan, yang akan membuatmu melompat lebih tinggi." Aku tertegun. tapi bibirku mekar otomatis. Aku ingat penampilan band nya beberapa bulan lalu di perpisahan sekolah, ketika itu aku tidak mengenal nya sebagai Mikhael saat ini. Aku tidak pernah tahu bahwa kehidupan masa depan seperti ini, atau bahkan akan berubah lagi. Tapi Hal yang masih sama hingga hari ini adalah aku menyukai nya. Itu sesuatu yang belum berubah.
Ketika itu band nya Peta menyanyikan lagu pejantan tangguh. Aku tahu band ini sudah tua, bahkan aku ingat lagi ini booming ketika aku masih SD. tapi grup band Mikhael mengidolakan mereka.
"Terdengar seperti judul lagu��" "well, yeah ketahuan." Aku teringat ucapan ayah tiba tiba, ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan Hal itu di handphone, tapi aku tidak ingin mendapat masalah hanya karena besok pagi Mikhael menjemput ku. " Mikhael, ayah akan mengantar ku besok pagi. Jadi kita bertemu di sekolah saja besok. x" Di layar di katakan ia sedang mengetik. Aku menunggu hingga dua menit. Dan.. "xoxo" peluk cium peluk cium. Aku tersenyum, Dan berharap memimpikannya dalam tidur lemahku. * Aku tidak menyangka ayah menanyakan helm pemberian Mikhael. Karena aku tahu ia tidak menyukai Mikhael jadi aku pun berusah agar aku tidak terlalu terkoneksi dengan nya. Hanya agar ia tidak marah. " tunggu saja di depan gerbang, nanti ayah akan menjemput mu." suara nya Terdengar keras meski ia di dalam mobil. Aku mengangguk enggan Dan membalikan badan. Jadi aku tidak punya pilihan lain. Aku akan mengembalikan helm ini dan begitu saja. " Aurora.. "oh okay, aku menghela nafas mendengar suara Mikhael. Ini akan menjadi tragedi kecil di pagi hari. Aku mendengar langkah nya tapi tidak berniat membalikan badan. Dan sekarang ia berada di hadapan ku, senyum nya merekah. Mematikan. " jadi ayah mu yang mengantar mu? " "well yeah. Ia tidak ingin melihaku bersamamu." bibir Mikhael melebar tapi alisnya berdekatan. Aku tahu ia tidak mengerti. " jangan tersinggung, tapi ia tidak menyukai mu." aku memeluk lebih erat helm didadaku. Takut sesuatu yang tidak baik merenggangkan hubungan kami. "kenapa? Dia Kan belum mengenal ku." " dia mengenal mu dengan baik." tangan nya di lipat di Dada, menantang pengetahuan ku. " oh ya, aku mau dengar" Aku terdiam mentapnya lama lama. Entah lah, aku menyukai nya. Hanya itu yang ku tahu. Aku menggerakan Jari Jari ku hanya ingin berlindung dari perasaan tidak nyaman ini. "hey, tolong jangan membuat ku terjebak dalam penasaran.!" "all right, jadi ayah ku itu pemilik bengkel Alaska, bengkel di pojokan dekat Kantor partai ayah mu." "aku sudah tahu dari bengkel itu di buka. Alaska Kan namamu." matanya beputar kesal. "Dan dia melihat mu mabuk setiap malam di lorong bangunan antara bengkel nya Dan partai ayah mu." Tanggannya mendadak turun. Ia menatap sepatunya, Dan melamun. tebakan ku si mencari alasan nembela diri, tapi beberapa detik kemudian ia mengejutkan ku dengan senyum malaikat nya. Kedua tangan nya bertumpu di perut. Ia menoleh ke kiri. Dan terlihat bingung. "entah lah, ia tidak ingn melihatku bersamamu lagi." aku menambahkan, hanya agar ia mau bersuara. "aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskan ini." " tidak apa apa, aku bisa mengerti anak seusia kita memang ingin mencoba banyak Hal." " yeah aku minum kadang kadang, tapi tidak setiap malam." Aku mengangguk, entah lah. Aku kecewa atau apa. Mungkin aku terlalu menerima. Karena aku bahkan merasa tidak peduli dengan Hal itu. "sekarang kau bersuara." aku menaikan alis kiriku. "kau tahu Kan cuaca sering dingin, jadi ya.. beberapa wine menghangatkan." Mikhael meringis. Bingung. Aneh sekali melihat nya seperti ini. Biasanya kata keluar terus menerus dari mulut nya. Dan Terdengar begitu mudah. Tapi hari ini, terlihat seperti semua masalah yang Terdengar dari luar sana adalah fakta. Aku menghela nafas panjang, entah lah apa yang bisa aku lakukan. Ayah sudah jelas tidak menyukai Mikhael Dan aku tidak akan bisa bersama nya. "tapi percaya padaku, tidak seperti itu setiap hari, mabuk berat, tidur di got. Itu bukan aku." " aku hanya minum untuk menghangatkan badan ku, atau aku hanya minum kalau aku ingin. Okay." aku mengangguk Dan sedikit melamun memperhatikan tali sepatu ku. " Aurora.." suara nya menggerakkan kepalaku. Dan aku mulai menatap wajah nya lagi. " maafkan aku, kalau kau kecewa. " suranya terdengar serius dan menyedihkan. tapi aku ini apa? tidak merasakan sesuatupun yang mendorongku ingin menjauhinya kalau saja ayah tidak bilang padaku bahwa dia tidak menyukai Mikhael. okay, aku harus mengatakan ini padanya. bagaimanapun kami harus saling terbuka. seaneh dan semenyakitkan apapun perasaan itu. " aku tidak peduli. Entah lah orang macam apa aku ini. Aku hanya menyukai mu, Dan begitu saja yang ku rasakan." Mikhael mengangguk. "tapi masalah nya bukan aku. Tapi ayah. Ia tidak menyukai mu dan itu bukan sesuatu yang mudah." Mikhael berkedip sekali. befikir. "dia perlu mengenal ku dulu Kan?!" tiba tiba dia berubah ceria. "Kalau begitu coba saja." aku mengembalikan helmnya.
"Aku tidak bisa menyimpannya lagi."Mikhael mengagguk dan engambi alih helm pemberiannya. Aku mengakhiri pembicaraan kami, lalu melanjutkan sekolah menyebalkan ini. Aku menunggu ayah di depan gerbang. Aku belum melihat Mikhael keluar dari sekolah, atau mungkin sudah? Tapi bell pulang sudah berbunyi sedari 15 menit yang lalu. Kendaraan sudah mulai jarang terlihat. sekolah sudah mulai sepi. Dan yeah.. 25 menit setelah bell pulang, aku masih belum melihat Mobil buntut nya. Cuaca terlalu panas. Dan mungkin 3 jam lagi akan hujan. Dunia yang mulai aneh. Aku mengikat rambut. Wajah ku mulai kusut kepanasan. Mungkin seharusnya aku menunggu di halte bus. Tapi karena ayah bilang tunggu di depan gerbang aku pun tidak ingin ia mencari ku dimana mana. Ouh Tuhan, kalau ayah tidak datang aku akan pulang berjalan. Suara pespa Mikhael mengenang di telinga ku, Dan.. Yeah.. "Aurora, kamu disini?! Aku nyariiin kamu." " aku terjebak dengan ucapan ayah." Mikhael memarkir motor di depan gerbang lalu berdiri di sampingku. " kau pergi saja dulu. Lagi pula aku tidak ingin melihat ayah memaki mu." Mikhael terdiam, lalu memeriksa jam tangan nya. "tapi ini sudah hampir Satu jam dari bell pulang." Sekali lagi aku memeriksa jalan Raya. Dan aku mulai berpikir mungkin mobil tua kami mogok lagi. Mikhael mendekat ke motor nya. Lalu mesin nya berbunyi. " Aurora, ayo ku antar pulang" ia menjulurkan helm kepadaku. " ayah akan.." "sudah lah aku tidak peduli. " Aku tidak bergerak. Melihat nya di maki ayah adalah sesuatu yang tidak bisa aku terima. Riuh suara kendaran membuat ku lupa, aku hanya berpikir bagaimana semuanya akan baik baik saja. Entah.. Bagaimana pun itu. Kalau saja aku bisa. " Hey, " Mikhael meraih tangan ku. Aku merasuk kedalam matanya. Dan semuanya menjadi semu. Aku hanya melihat kami menari di bawah cahaya warna warni langit. " percaya padaku, Ia hanya perlu mengenal ku. Dan semuanya akan baik baik saja." aku tahu betul siapa ayah, sekali ia bilang tidak, itu bisa jadi selama nya akan seperti itu. "well, aku tahu kau ragu, tapi setidak nya kita sudah mencoba kan? karena hanya itu yang bisa kita lakukan sekarang. Dan setelah nya biar kita pikirkan lagi." Aku sedang memikirkannya. "bagaimana?" " deal? " Mikhael menyatukan kedua telapak tangan nya. Dan ia merengek seperti bayi. Itu cukup membuat ku tersenyum. Dan motor pespa nya melaju mengangkut semua ketakutan ku. Bagaimana kalau ayah memukul nya? Ia kan tidak suka pada mikhael? Atau bagaimana kalau setelah itu Mikhael menjauhi ku. Bahkan ia Satu Satu cowok yang sangat aku inginkan.. "Aurora, aku tidak suka kamu berdiam diri seperti itu.". "oh sorry, aku hanya berpikir apa yang akan terjadi." Mikhael menyentuh tangan ku. " semuanya akan membaik dengan berjalan nya waktu." Rasanya cepat sekali kami sudah berada di dekat rumah ku. Aku tidak ingin memikirkannya nya tapi terjadi begitu saja. Dan aku takut. Itu saja. Aku bisa melihat Mobil ayah terparkir berantakan di depan rumah. Dan samar samar Ayah dan ibu mulai berjalan keluar pintu. Ugh, jantung ku memburu, aku bisa merasakan sesuatu yang tidak baik dari cara ayah menatap ku. Aku berusaha bersikap biasa. Dan motor Mikhael terhenti. Tepat saat kedua orang tua ku berhenti di depan rumah. Aku turun Dan melepaskan helm. tangan ku gemetaran entah kenapa. Aku berharap Mikhael akan pergi begitu saja. Tapi ia malah melepaskan helm nya. " kau sebaik nya pulang saja." Mikhael melebarkan bibir nya. " ini waktu yang tepat untuk memperkenalkan diri" ia bergerak dengan keberanian. Mata ayah melotot. Wajah nya garang. Ini tindakan yang buruk untuk membiarkan Mikhael berjalan sendirian mendekati mereka. " hey om, Saya Mikhael!" Mikhael tersenyun, ia menjulurkan tangan nya. Tapi ayah memalingkan wajah. " Saya tahu." Hanya itu yang keluar dari mulut ayah. " Aurora bercerita tentang Anda, sedikit." Ayah melirik ku, sebentar. Dan mataku berlari cepat cepat. " katanya.. Om itu.." " aku tidak ingin berbasa basi.. Tinggalkan anak ku." ayah berkata dengan jelas. " tapi kenapa?" Mikhael berusaha bersikap tenang. Tapi aku bisa melihat ayah ingin segera menyeret nya menjauh dari pandangan matanya. Ayah menatap ku sesaat, lalu ia tertawa kecil. Jari nya menunjuk ke Mikael. " kau tahu pasti kenapa aku tidak menyukaimu. " " tapi anak om menyukai Saya. " sahut Mikhael. " ia hanya anak belasan tahun. Ia tidak tahu apa apa tentang suka." aku tertegun. Kedua telinga ku menyimak dengan baik. " om tidak pernah tahu hubungan kami." dan pada akhirnya Mikhael memperjelas. " Saya tidak ingin tahu." ia tidak peduli. Hanya itu yang dapat aku simpulkan. " beri saya kesempatan, Dan Saya akan memperbaiki semua yang tidak baik tentang saya di mata om." Dan hening menerpa. Ku rasa ayah menyerapi ucapan Mikhael. Ia melihat kebawah,sepertinya berpikir. " kau tahu.." mulut nya terbuka Dan menunjuk an gigi gigi nya yang mengkilat. " tidak ada." " kau tidak perlu melakukan nya." ia mengambil lighter dari kantung nya. Dan menatap nya sesaat. Ia menertawakan sesuatu yang tidak dapat aku tebak. Sebuah memori, bayangan, sepertinya. " tolong , tinggalkan putri saya !" suaranya lambat lambat, seakan menekankan setiap kata. ia menatap Mikhael secara tegas. Lagi lagi senyap menerpa. Mikhael pun tidak bersuara. Entah mengapa. "Alaska, kemarilah." ayah menjulurkan tangan nya. Aku ingin Mikhael berkata sesuatu. Entah apa. Tapi ia terdiam. Lalu kaki ku bergerak dengan sendiri nya. Aku menatap nya dalam dalam. Dan Satu langkah menggerakkan kepalanya. Mikhael menatapku dengan wajah muram. Tapi membisu. Lalu aku sampai di samping ayah. Ia membawa ku masuk, Dan Mikhael... Entah lah. Ia memang anak belasan tahun. Seseorang yang akan berada di tempat nya Dan mematuhi segala peraturan tua. Aku menghela nafas panjang, Seharusnya aku tahu bagaimana anak seumuran kami memulai kisah klasik konyol ini, Dan bagaimana kami mengakhirinya begitu mudah.
Tags:
Melodi Tersembunyi
Photos
0 komentar