Musim semi dalam tulang belulangnya
![]() |
Musim semi dalam tulang belulangnya |
Sore itu senja tengah berkedip pada seorang gadis yang terduduk di bukit menatapnya. Sebentar sekali, lalu matahari gelap ditutup bukit yang lebih tinggi jauh dihadapannya. Dalam matanya yang samar-samar, ia seperti bisa menyentuh horizon.
apa yang tidak bisa ? hatinya bergema sampai ke pikiran. bagi gadis itu, tidak ada yang tidak bisa. bahkan meski menyentuh langit.
Hah benar! ia adalah seorang pemimpi yang jarang menggunakan akal.
ia memimpikan hal-hal yang ia sukai, bahkan terkadang lupa siapa dirinya. tak masalah menurutnya. Iapun sadar betul akan hal itu. tapi tidak hari ini.. kelelahan sepertinya sudah menumpuk dalam hatinya. berminggu-minggu ini, atau bahkan sejak berbulan-bulan yang lalu, ahk entahlah.. gadis itu bahkan sudah lupa sejak kapan ia menahan kelelahan itu. yang pasti detik ini kesakitan tengah merobek-robek hatinya.
kalimat yang biasanya ia ucapkan dalam hatinya, untuk tetap bertahan ditempat ini, sejenak menghilang. rasanya tiba-tiba sakit. lalu merasa benar-benar sendiri.
Gadis itupun menutup mata. Berharap Tuhan yang penyayang dapat mengobati hatinya. atau setidaknya berbisik bahwa ia tak sendirian.
" hay.. permisi.." suara berdenging, lalu membentuk kalimat. gadis itu terkesiap menatap keindahan yang tak terduga didepan matanya.
Seorang pemuda setampan pangeran tengah menatapnya. tangannya menggengam erat tali kuda coklat yang berada disampingnya.
sigadis sekonyong-konyong berdiri. matanya terpesona oleh tatapan memikat pemuda tampan itu.
" apakah kau memiliki segelas minuman untukku? aku sudah berjalan begitu jauh. Awalnya ku pikir ada sumber air didekat sini, tapi aku belum juga menemukannya."
" air?" ulangnya. si gadis menggeleng. ia hanya seorang petani buah apel. rumahnya cukup jauh. ia bahkan belum pulang dari pagi buta setelah ia berangkat tadi.
pemuda tampan itu mengangguk. tersenyum mematikan, membentuk melodi dalam degupan si gadis. iapun mulai gugup. langkahnya terasa berat berjalan ke keranjang buah apel yangbertumpuk-tumpuk.
" apel.." ejanya seperti orang linglung. lalu ketika senyum pemuda tampan itu menciut kebingungan. si gadispun tersadar. "maksudku aku hanya memiliki apel." iapun berjalan ke beberapa keranjang apel yang tergeletak dibawah pohon yang tak jauh dari keduanya. Lalu si gadis mengambilkan salah satu.
" tapi aku bisa menunjukanmu sungai untuk mencari air." lanjutnya ragu. si pemuda tersenyum lalu menyetujui tawaran gadis itu. iapun mengikat kudanya di salah satu pohon apel yang tak terlalu jauh.
tak lama, si pemuda mendapatkan yang ia perlukan. kemudian membuat keduanya kembali ke keranjang apel gadis tadi.
" jadi kau seorang penjelajah?"
" ya. aku sudah mengunjungi sebagian belahan dunia. "
" bagaimana rasanya?" mata coklatnya berbinar-binar.
" mengagumkan." jawabnya singkat. Si gadis mengangguk. tapi mendadak mimpi-mimpinya yang terkubur kembali mengebu-gebu dalam pikirannya.
" rupanya kau seorang pelukis?" tiba-tiba saja pemuda tampan itu memilah-milah buku tebal yang berada diatas buah apel.
" tidak juga. itu hanya coretan."
" apapun namanya, tapi aku menyukainya." pemuda itu terlihat ingin menghibur.
tatapan keduanya bertemu, saling mengagumi secara sembunyi-sembunyi. tapi si gadis yang baru melihat pemuda itu sebagai orang asing mulai memalingkan pandangannya —berusaha menatapnya dengan normal.
" jadi sekarang kau akan kemana lagi?"
" ke tempat yang belum pernah ku temui." ujarnya.
" itu akan menjadi petualangan yang sangat mengagumkan." gumamnya. tatapan si gadispun sedih. itulah mimpinya. iapun ingin melihat bagaimana bumi yang lain berjalan.
" kau mau berpetualang denganku? " pemuda tampan itu seakan seorang pembaca pikiran. gadis itu mengangguk. tapi iapun mulai tersadar akan posisi keduanya. pertama pemuda itu hanya orang asing, kedua ia tidak bisa meninggalkan tanggung jawabnya memanem buah apel. bagaimanapun kedua orangtuanya sudah menyerahkan kebun ini padanya.
" aku ingin sekali, tapi mungkin tidak sekarang. "
" bila kita bertemu lagi, akankah kau ikut denganku?" si gadis mengangguk.
" bila takdir mengatakan. lalu Tuhan mengizinkan." keduanyapun terjebak dalam tawa. namun tiba-tiba memudar.
Sipemuda mulai melepaskan ikatan kudanya.
" kalau begitu sampai jumpa." uajarnya lembut.
" sampai jumpa." senyum gadis menemani langkah pemuda tampan.
Sepanjang langkahnya masih terlihat, gadis itu tak berkutik. Matanya yang penuh permohonan menatap langkah orang asing itu. Lalu hatinya berdoa pada Tuhan agar dapat bertemu dengan pemuda itu lagi.
![]() |
Musim semi dalam tulang belulangnya |
Dalam beberapa saat ketika ia nyaris mati oleh lengkungan takdir yang ia jalani, ia dibangkitkan oleh petualangan yang ia mimpikan. mungkin kejadian itu bisa disebut kebetulan, tapi bagi gadis itu.. yang seutuhnya mempercayai Tuhan —percaya bahwa pemuda itu dikirim untuk membuatnya berhenti merasa lelah. Membuatnya tetap berharap ditengah seluruh kemungkinan yang ada dalam kehidupannya.
Musim semi dengan warna-warni bunga mulai mengaliri tulang belulangnya yang rapuh. sebagian memperbaiki, sebagian lagi.. bentuk dari kebahagiaannya karna dipertemukan oleh pemuda itu.
Gadis itu tahu ada lengkungan takdir menyebalkan yang harus ia jalani, tapi iapun tahu ada lekungan kebahagiaan yang menyambut.
Ia hanya harus bekerja lebih keras, lalu ia akan mewujudkan impiannya.
Tags:
Ngambar
4 komentar
Haha.. idenya bagus. tp gambarnya kurang.
ReplyDeleteAha, Thanks then
Deletebelajar terus ya, jangan menyerah!
ReplyDeleteok, thanks :)
Delete